SIAPA SIH PENDETA VICTOR TH FURIMA (OUTOBIOGRAFI)

tafsiran 1 yohanes 3:11-18



TAFSIRAN  I YOHANES 3:11-18
       I.            Latar Belakang
Surat Yohanes yang Pertama, merupakan sebuah tulisan, suatu lembar kiriman yang dikirim dan diedarkan kepada kelompok lain, tulisan itu berupa sebuah wejangan untuk membina iman yang sejati. Sebetulnya 1 Yohanes tidak berupa surat jika dibandingkan dengan surat 1 dan 2 Yohanes, karena nama penulis, nama si teralamat dan ciri-ciri dalam sebuah surat tidak ada. Hal ini dapat terlihat dalam 1 Yoh 2:1, pembaca langsung disapa dengan anak-anak dan yang terkasih. Secara jelas surat pertama Yohanes ini merupakan kesaksian Yohanes akan firman yang dilihatnya dan didengarnya mengenai Yesus Kristus, kemudian Yohanes menjelaskan isi kesaksianya kepada umat Allah dengan harapan akan terjalin suatu persekutuan yang penuh sukacita antara dirinya dengan para pembaca maupun dengan Allah sendiri (1:1-4). Maka dapt disimpulakan bahwa:1Yoh itu bukan surat (tidak ada kepala surat dan penutupnya). Bukan pula sebuah surat edaran (tanpa nama jemaat-jemaat yang dialamatkan), tetapi sebuah tulisan yang berdiri sendiri dan mengandung isi pewartaan imam (1Yoh 1:1-3) yang dipersatukan dengan pembelaan iman (1Yoh 4:4-6; 5:4-12) dan ditujukan pada suatu kelompok kristen tertentu ataupun pada beberapa jemaat kristen tertentu yang hidup di tengah dunia kafir yang dipengaruhi aliran gnostik. Di situ tidak dapat dilihat adanya sebuah susunan yang jelas. Meskipun demikian terungkaplah berbagai kesatuan lebih besar yang semuanya menjalin pada suatu persekutuan dengan Allah atas dasar kesatuan dengan Yesus Kristus dan pada persekutuan persaudaraan para kristen
a.      Penulis, waktu dan tempat penulisan
Kesimpulan mengenai Penulis asli surat ini dengan Tanpa memperhatikan tambahan trinitaris yang disisipkan di waktu kemudian 1Yoh 5:7-8, yaitu yang disebut Comma Yohanneum, orang dapat menerima bahwa surat itu adalah sebuah karya dari satu orang penulis, meskipun ada perbedaan corak-corak tertentu (kalimat-kalimat apodiktis yang singkat di samping fasal prosais yang parenetis). Dengan adanya kemiripan yang dekat dengan Injil Yoh. mengenai harta kata-kata, corak, cara berpikir dan tema (: cahaya 1Yoh 1:5; keadilan 1Yoh 2:29; kasih 1Yoh 4:7; kebenaran 1Yoh 5:6 dan lain-lain), pada umumnya orang menganggap pada waktu sekarang, bahwa kedua tulisan itu mempunyai penulisan yang sama (: surat pertama dengan Injil Yoh). 1Yoh boleh diperkirakan timbul antara tahun 90 dan 110. Surat Yohanes yang pertama ditulis oleh Rasul Yohanes ketika berada di Efesus sekitar tahun 85-95 M . Orang yang paling awal mengutip isi surat ini adalah Bapa Gereja Polikarpus yang merupakan uskup dari Smirna. Polycarpus sendiri menjadi Kristen karena pemberitaan dari para rasul yang kemudian menahbiskannya menjadi uskup.
b.      Konteks Umat
Didalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat permasalahan yaitu adanya peperangan melawan bidat (ajaran-ajaran sesat). Maksud dari penulisan surat ini adalah untuk melawan ajaran sesat yaitu Gnostikisme,terutama Doketisme (pandangan yang lebih mengandalkan akal). Ciri utama ajaran sesat yang dilawan adalah penyangkalan bahwa Yesus adalah Kristus. Surat itu bermaksud memperingatkan ajaran-ajaran salah dan sekaligus menguatkan iman kepercayaan pembacanya. Latar-belakang waktu yang tersirat di situ menunjukkan adanya suatu kemajuan besar tentang pembentukkan jemaat orang kristen. Penulis bicara sebagai saksi atas kejadian keselamatan (1Yoh 1:1-3) pada suatu keturunan, yang iman kepercayaannya hanya dapat bertumpu pada pendengaran (1Yoh 3:11). Oleh karena penulis menaruhkan nilai khusus pada perlunya Yesus menjelma jadi manusia, yang "datang dalam daging" (1Yoh 4:2), maka orang mengira, bahwa orang bidaah, yang disebutnya sebagai anti-Kristus (1Yoh 2:18) dan nabi palsu (1Yoh 4:1), adalah anggota sebuah aliran gnostik (: Doketisme). Aliran ini menjurus pada kerohanian yang murni dan pada suatu persatuan yang langsung dengan Allah tanpa manusia Yesus, tanpa persekutuan kasih dan tanpa hukum-hukum yang membebani kewajiban-kewajiban.
c.       Muatan Teologis
Kristologis, Secara positif surat ini menyatakan peran Kristus dalam seluruh rangkaian karya penyelamatan Allah dan bagaimana orang-orang beriman dapat bersekutu dengan Yesus dan Allah Bapa. Penulis surat ini memberi kesaksian bahwa Kristus adalah Firman hidup (1:1), Anak Tunggal Allah (1:3, 7; 3:23; 4:9, 14), yang berasal dari Allah (4:1-3), yang Kudus (2: 20), pengantara Bapa (2:1), pendamaian bagi dosa-dosa kita (2:2; 3:5; 4:10,14), penyata Allah Bapa (1:2; 5:20). Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).
 




    II.            Tafsiran
Ayat 11:
Pada bagian ayat ini, gambaran Yohanes mengenai Kasih didasarkan pada Kasih Yesus Kristus melalui peristiwa kematianya, dan kata ‘berita’ dalam bahasa Yunaninya hanya muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 1Yoh 1:5 dan di sini. Pada ayat ini, kata itu menunjuk kepada kewajiban dasar dari seorang Kristen (kita harus memperhatikan / melihat bahwa 1:5 merupakan suatu ringkasan dari theologia Kristen; dan 3:11 merupakan suatu ringkasan dari etika Kristen). Dengan demikian maka yang dimaksudkan dalam bagian ayat ini yaitu mengenai kasih yang merupakan hukum yang sudah ada dalam zaman PL maupun dalam perjanjian baru, yang terpenting bagi berita ini yaitu kasih merupakan yang pertama dan yang terutama dengan wujud dari Kasih yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dengan demikian pandangan ajaran gnostik mengenai kemanusiaan Yesus yang berlebihan dapat dibentang melalui berita yang ada dalam ayat ini yaitu untuk meyakinkan para pembacanya mengenai Yesus yang adalah anak Allah dan sebagai perantara Allah.  Mengapa ditekankan dalam ayat ini yaitu kasih kepada sesama dan bukan kasih kepada Allah? Karena kasih kepada Allah adalah yang terutama, tetapi kasih kepada sesama adalah bukti dari kasih kepada Allah, dan karena itu di sini Yohanes menekankan hal itu. Juga kalau kita betul-betul adalah anak-anak Allah (bnd 3:1-10), maka kita harus menyerupai Dia, yang adalah kasih.
Ayat 12
Dalam bagian ayatnya yang ke-12 Yohanes kemudian membandingkan peristiwa yang merupakan lawan dari kasih (peristiwa Kain dan Habel) dimana Rasul dengan tegas menyampaikan bahwa Kasih yang terdapat dalam ayat 11 selalu tumbuh bersamaan dengan kejahatan untuk itu kata membunuh merupakan suatu penekan yang khusus dengan maksud bahwa jika diantara umat ada yang membunuh maka tidak ada kasih yang tumbuh dalam dirinya sekaligus merupakan penolakan terhadap kasih. Peristiwa berikut yang merupakan penekanan rasul bukanlah mengenai perbuatan Kain saja melainkan perbuatan orang-orang yang telah menyalibkan Yesus itu merupakan peristiwa yang logis dalam umat mengenai penolakan terhadap kasih. Dan kemudian Yohanes membicarakan kebenaran Habel, supaya kita bisa belajar untuk sabar pada waktu dunia membenci kita tanpa alasan (ay 13).




Ayat 13
Dalam bagian ayat ini penulis pertama-tama mengajak umat untuk tidak heran bahkan harus berhenti untuk heran, melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar mereka dimana dunia telah lebih dulu membenci orang-orang percaya bahkan Kristus sendiri dibenci, untuk itu Rasul menyampaikan agar umat tidaklah harus merasa heran akan peristiwa-peristiwa yang terjadi (perlawan dari ajaran Gnostik), dan yang menjadi penekananya yaitu Kasih bukan penyebab keselamatan, tetapi bukti keselamatan.
Ayat 14
Perlawanan mengenai kasih-benci, diteruskan dalam bagian ini, dengan suatu penekanan khusus mengenai hidup dan maut, dengan ungkapan kita tahu yang merupakan penegasan Yohanes bahwa orang Kristen telah memiliki pengetahuan, yang diperkuat mengenai adanya perpindahan yang dialami orang Kristen dari Alam maut kedalam Hidup yang kekal (bnd Yoh 5:4). Dengan demikian pada waktu sang Rasul mengatakan bahwa diketahui dari kasih bahwa kita telah berpindah ke dalam kehidupan, ia tidak memaksudkan bahwa manusia adalah pembebas dirinya sendiri, seakan-akan dengan mengasihi saudara-saudaranya ia bisa menolong / menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian, dan mendapatkan kehidupan untuk dirinya sendiri; karena di sini ia tidak membahas penyebab dari keselamatan, tetapi sebagaimana kasih adalah buah khusus dari Roh, itu juga merupakan simbol yang pasti dari kelahiran baru. Tetapi adalah tidak masuk akal bagi siapapun untuk karena hal itu, dapat menyimpulkan bahwa kehidupan didapatkan oleh kasih, tetapi karena kasih dalam urut-urutan waktu dapat terhambat. Memang jelas bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman. (bnd Ef 2:8-9 - Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri).
Karena itu kita tidak boleh menafsirkan seakan-akan ay 14 di atas mengajarkan keselamatan karena kasih. Kasih bukan penyebab keselamatan kita tetapi bukti dari keselamatan kita. Kata ‘mengasihi’ ada dalam present tense, sehingga kita harus(= terus menerus mengasihi). Jadi, kalau kita hanya melakukan tindakan kasih satu atau dua kali, itu belum cukup untuk membuktikan keselamatan kita. Kita harus terus menerus mengasihi. Dengan demikian Kita harus mengasihi seseorang sekalipun kita tidak menyenanginya karena ‘mengasihi’ harus melampaui ‘menyenangi’, kita bisa saja tidak ‘menyenangi’ seseorang, tetapi harus harus ‘mengasihi’ dia. Sebagaimana kasih adalah bukti keselamatan, maka kebencian adalah bukti bahwa seseorang belum selamat.

Ayat 15
Ungkapan dalam bagian ayat ini menerangkan tentang arti benci, “setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia. Dalam Matius 5:21-22, Yesus mengatakan bahwa pandangan yang mengandung nafsu adalah Zinah dan kata-kata yang mengandung kemarahan melanggar hukum. Bertolak dari hal itu Yohanes dalam (15a) bagian ini menerangkan mengenai contoh-contoh peristiwa hingga ke akar-akarnya yang melingkup kehidupan manusia saat itu. Sang Rasul menyatakan bahwa semua yang membenci saudara-saudaranya adalah pembunuh. Ia tidak bisa mengatakan yang lebih buruk / kasar; dan apa yang dikatakan itu bukan sesuatu yang bersifat hyperbolik / dilebih-lebihkan, karena kita ingin orang yang kita benci itu binasa. Tak jadi soal jika seseorang menjaga tangannya dari tindakan untuk mencelakakan orang; karena keinginan untuk menyakiti, sama seperti usaha untuk itu, dikecam di hadapan Allah: bahkan pada waktu kita sendiri tidak berusaha untuk menyakiti, tetapi jika kita berharap sesuatu yang buruk terjadi pada saudara kita dari seseorang yang lain, maka kita adalah pembunuh. Seseorang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh. Itu hanya persoalan tingkat. Dan jika kebencian bertahan, sangat memungkinkan bahwa itu akan menghasilkan tindakan lahiriah yang mengerikan, hal itu menunjukkan bahwa sekalipun kebencian sudah merupakan pembunuhan, tetapi tingkat dosanya tetap berbeda dengan pembunuhan yang sesungguhnya. Karena itu kalau saudara membenci, jangan lalu melanjutkan dengan membunuh, dengan pemikiran (dosanya sama). Kemudian makna dari Membenci / membunuh merupakan bukti tidak adanya kehidupan (ay 15b) meneranagkan bahwa tidak adanya kasih adalah bukti dari kematian rohani.

Ayat 16-18
Pada bagian ayatnya yang ke 16-18 menerangkan mengenai kasih itu praktis. Seperti yang di lakukanYesus di bukit Golgota yang telah menyerahkan nyawanya untuk menebus dosa kita. Dengan demikian orang percaya haruslah mengalami hal yang sama. Yaitu menyerahkan nyawanya demi saudara – saudaranya Menyerahkan nyawa demi saudara-saudara seperti yang dibicarakan dalam ay 16 memang merupakan tindakan pahlawan, tetapi mungkin hal seperti itu tidak terlalu sering terjadi. Karena itu sekarang dalam ay 17-18 Yohanes memberikan contoh yang lebih sederhana, yang bisa terjadi setiap hari dalam kehidupan kita.

Pada ayatnya yang ke 17 menerangkan bahwa: Kasih yang sejati bukan hanya dinyatakan dalam pengorbanan tertinggi tetapi hal itu harus dinyatakan dalam semua pemberian yang lebih kecil. Mungkin tidak banyak dari kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa kita dalam suatu tindakan pahlawan, tetapi kita terus menerus mempunyai kesempatan yang biasa untuk membagikan harta / milik kita dengan mereka yang ada dalam kebutuhan karena Kasih adalah ‘kerelaan untuk menyerahkan apa yang berharga untuk kehidupan kita sendiri, untuk memperkaya kehidupan orang lain, Peralihan dari bentuk jamak (brethren = saudara-saudara, ay 16) ke bentuk tunggal (his brother = saudaranya, ay 17) merupakan kesengajaan dan mempunyai arti. ‘Adalah lebih mudah untuk bersemangat tentang Kemanusiaan dengan ‘K’ huruf besar daripada mengasihi individu laki-laki dan perempuan, khususnya mereka yang tidak menarik, menjengkelkan, bejad, atau tak menarik. Mengasihi setiap orang secara umum bisa menjadi alasan untuk tidak mengasihi siapapun secara khusus, dan tempat dimana kasih itu harus tumbuh yaitu melalui orang kristen (orang-orang yang telah keluar dari maut), sahingga dalam segala segi kehidupanya terdapat kasih yang nyata baik terhadap sesamanya maupun terhadap Allah. Ayat 18: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.  Pada bagian ini Rasul menerangkan bahwa Tidak ada harganya kalau saudara sebetulnya bisa memberikan pertolongan praktis tetapi tidak melakukannya, dan hanya mengasihi dengan perkataan / lidah. Dan maksud dari Rasul agar kebenaran yang mampu diperlihatkan dengan kasih bukan melalui pengetahuan akan hidup yang kekal bagi orang kristen saja melainkan, haruslah sebagai orang kristen mampu untuk merealisasikan kasih itu dalam konteks kehidupan yang penuh dengan tekanan dari para nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan.












 III.            Kesimpulan
Dalam bagian pembacaan Yohanes 3:11-18, tidaklah terlepas dari bagian ayat 1-10 pada pasal ini, karena, ketika Rasul hendak membicarakan mengenai Kasih yang sebenarnya dalam ayat 11-18, Rasul hendak memperlihatkan kepemilikan kasih yang ada sebagai umat Allah (anak-anak Allah), kemudian rasul membedakan antar Kasih yang beasal dari Allah dan Kasih yang berasal dari Iblis, yang sangat berkaitan dengan keadaan yang dialami oleh anak-anak Allah sendiri sebagai perwujudan dari umat yang berada di jemaat-jemaat saat itu, sehingga jemaat tidklah ragu untuk mewujudkan kasih dengan saudara-saudaranya agar tidaklah mudah terjadi perpecahan didalam jemaat jemaat itu sendiri (3:1-10). Ketika rasul mengabarkan kabar sukacita itu, maka dalam bagian berikutnya rasul mengarahkan umat pada suatu kehidupan yang baru yang telah didapatkan oleh orang-orang percaya, sehingga kasih didalam persekutuan umat Allah haruslah selalu dipertahankan kemurnianya seperti kasih Yesus Kristus sebagai perantara Allah, yang dinyatakan lewat kematian dan kebangkitanya sebagai tanda hidup baru, sehingga jemaat menjadi sadar akan setiap peristiwa yang sedang terjadi dan jemaat pun menjadi mampu untuk menyelasiakan setiap persoalan itu tanpa meninggalkan Iman terhadap Yesus Kristus (3:11-18).
Yang merupakan inti dari ayat 11-18 yaitu mengenai:
1.      Jemaat harus saling mengasihi (11-13)
2.      Kasih kepada sesama adalah bukti keslamatan kita sebagai orang kristen(14-15)
3.      Kristus adalah teladan kasih yang sempurna bagi jemaat, karena Ia rela mengorbankan nyawaNya untuk umatNya (16-18)
Victor furima STh

Komentar