Berdaulat, Berdikari, Berbudaya



SEMINAR DAN  KADERISASI TINGKAT MENENGAH   TAHUN 2015
TEMA : Trisakti Bung Karno Solusi Pembangunan Papua
Victoria Theodorus Furima, STh

 
Berdaulat dalam bidang politik
Berbicara  tentang berdaulat maka kita akan merujuk dari dasar kata daulat, itu artinya kita memiliki keabsahan dalam  bidang politik , bagaimana kita mampu berpoloitik dengan nilai-nilai  etika. Tidak lagi mengandalkan konteks politik transaksional, dan juga many politik . sehingga dampak dari hal-hal tadi ialah peluang terjadinya konflik politik. Apa yang telah dikemukakan diatas sebenarnya merupakan realita kedewasaan politik yang dialami fakfak dini hari.  kita dituntut mengimplikasikan norma-norma ataupun etika politik. Sekarang pertanyaanya apakah masyarakat mampu dan juga mengerti apa itu politik? Ketika kita meninjau dari masyarakat Papua yang marginal mereka selalu melakukan kleim bahwa mereka sangat mengerti tentang politik padahal semua yang mereka tau ataupun mengerti tentang politik semata hanyalah politik praktis. Sedangkan makna dari politik itusendiri tidak dimengerti samasekali. Dr Abineno dalam tulisanya mengungkapkan bahwa sebenarnya politik menghendaki kita untuk melakukan sesuatu yang baik. Oleh karena itu politik menjadi satu disiplin ilmu dalam bidang pemerintahan yang patutu dipelajari. Namun terkadang salah dipergunakan oleh bebrapa indifidu. Jadi apa yang harus kita lakukan (bangsa ini/Papua agar mampu berdaulat dalam bidang politik? Sedangkan organisasi pengkaderan seperti GMNI saja hanya mampu membela kaum marhain dari konsep teori saja, sedangkan ranah praktek tidak ada inilah bentuk kebiasaan yang terstruktur dari atas kebawah. Kita lebih senang dengan masalah-masalah yang bersifat praksis tanpa menganalisis.
Berdikari dalam bidang ekonomi dan
Berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) atau lebih akrab disapa dengan kata mandiri sebenarnya memiliki satu tuntutan bahwasanya kita jangan terus menginginkan untuk disuap seperti anak kecil apalagi dalam bidang ekonomi. dengan tegas penulis ingin katakan sudah saatnya kita melakukan life tranformasi. Marthen Luther King dalam pidatonya mengatakan bahwa jangan tanyakan apa yang diberikan Negara bagi anda tetapi tanyakan apa yang anda berikan bagi Negara. Otsus bagi tanah papua  merupakan bentuk suapan yang diberikan pemerintah N K R I bagi Papua namun sampai hari ini banyak kalangan mengatakan bahwa OTSUS gagal. Kita sering bangga dengan SDA (sumber daya alam) yang melimpah dan kata-kata yang sering kita ungkapkan ialah tanah Papua sangat kaya tetapi tahukah kita ? Kita tidak memiliki sumberdaya Manusia yang memadai untuk mengelolah hasil SDM kita sehingga yang terjadi ialah kita Cuma bisa  merantau dinegri sendiri (Adam Smith salah satu pakar sains ternama mengatakan bahwa 1 negara yang dikatakan kaya bukan dinilai dari Sumber daya Alam Yang Melimpah, melainkan Negara yang kaya justru dinilai dari banyaknya sumberdaya manusia yang mampu mengelolah sumber daya Alam tersebut).  Negara ini sudah memberikan apa yang menjadi tuntutan masyarakat terkait hasil-hasil Alam dalam bentuk OTSUS untuk setiap profinsi ataupun kabupaten Di Papua. Apalgi pada tahun 2015 kita ketahui bahwa sudah di setujui terbentuknya DPR OTSUS yaitu ditambahnya jatah 9 kursi di DPR RI, sedangkan provinsi dan kabupaten mendapat jatah 5 kursi.  Terkait OTSUS Pertanyaan sederhana yang perlu kita kaji ialah apa sumbangsi Otsus bagi proses kemandirian Ekonomi di Tanah papua ?
OTSUS bisa diberikan kepada orang-orang tertentu, dari sisi positif ialah yang mampu membuat Proposal, yang terpelajar,sedangkan yang diluar dari itu ya jangan mimpilah! Kemudian dari sisi negative Otsus bisa diberikan Bagi orang-orang  yang punya hubungan Keluarga dengan pejabat (nipotisme), yang nekad jual diri bagi pejabat, yang memiliki obat-obat terlarang (NARKOBA). Sehingga system  LIBERALISME tetap ada dalam bumi Papua. banyak kasusus-kasus yang terjadi yang mungkin dinilai masih dalam lefel kabupaten seperti tidak ada kesederajatan ekonomi. Terkait dengan itu ialah kemerdekaan perempuan papua dalam berperang melawan system ekonomi yang dinominasi oleh system ekonomi kapitalis. Sederhanya dapat dijelaskan tempat-tempat yang disediakan untuk berjualan saja mama-mama kita papua tidak mampu untuk menyewa. Dari kualitas barangpun masi sangat miris. Oleh sebab itu kita tidak mungkin bisa bersaing M E A.
Berkepribadian dalam budaya
Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai sejarah, adat istiadat dan juga budaya. apakah kita sudah melestarikan  budaya? Tidak hari ini satu-satunya budaya yang terkenal dalam lingkup PBB ialah NOKEN Papua. Padahal sangat banyak budaya yang dititipkan oleh tete nenek moyang kita yang perlu kita kembangkan yang mampu membawa kita kepuncak pengetahuan. Kita lebih sering mengikuti budaya orang lain dari pada mengangkat jati diri sendiri. Adakah kontribusi pemerintah daerah terkait kelestarian Budaya Lokal? Seperti Apa bentuknya? Adakah pemimpin pemimpin Negri ini peduli Terhadap Budaya mereka ? hal sederhana, mereka sibuk menguasai bahasa luar sedangkan mereka sendiri tidak tahu bahasa local (bahasa daerah).

Komentar