gereja di maluku pada zaman belanda VOC



Victor th furima Sth
BAB II ISI (VOC)
GEREJA DI MALUKU PADA ZAMAN BELANDA 
Pada tahun 1605, angkatan laut VOC merebut benteng  – benteng Portugis di Banda dan di Ambon. Kedatangan orang – orang belanda membawah hadiah besar bagi kampung – kampung Kristen, malahan bagi seluruh Ambon dan Lease. Sebab mereka berhasil mengikat perjanjian perdamaan antara semua kampung di pulau – pulau itu. VOC merupakan badan perdagangan yang bertujuan menguasai/memperoleh monopoli, hak tunggal untuk jual-beli rempah – rempah. Untuk itu jika ada daerah – daerah yang tidak menaati perintahnya akan di taklukan (Banda 1621, Hitu 1645, Seram Barat  1655).[1]
Orang – orang Kristen di Ambon dan Lease mempunyai agama yang sama dengan orang Portugis yang merupakan musuh dari VOC, hal ini tidak dapat diterima oleh VOC karena mereka berprinsib bahwa yang punya Negara, menentukan agama. Jadi orang – orang Katolik ditaklukan dan harus menjadi Protestan, imam – imam Katolik diusir. Hal ini menyebabkan adanya kekosongan karena VOC tidak memiliki atau belum bisa mendatangkan pelayan atau pendeta untuk melayani umat Kristen.[2]
*     Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI
1.      Kurangnya tenaga pelayan/pendeta.
2.      Pelayanan hanya dipusatkan pada daerah – daerah pusat saja, sedangkan daerang pinggiran kurang mendapat perhatian.
3.      Adanya perjanjian antara VOC dengan sultan Ternate yang merugikan proses PI.
4.      Kurangnya perhatian pemerinta Belanda (VOC), terhadap proses PI.
5.      Bahasa.
6.      Sekolah - sekolah ditutup.
7.      Agama – agama lain yang duluan sebelum agama Protestan.
*     Hal – hal yang dilakukan oleh VOC dalam menunjang proses PI
1.      Membuka sekolah – sekolah kembali.
2.      Mendatangkan tenaga – tenaga pelayan Firman.
3.      Membentuk suatu majelis gereja di Ambon (1625)
4.      Menyiapkan tenaga – tenaga pelayan pribumi.
5.      Membangun gedung – gedung gereja.
6.      Membuat kesepakatan damai antara kampung – kampung disekitar Maluku.
*     Metode – metode yang digunakan dalam proses PI
1.      Melakukan pendekatan dan belajar budaya dan bahasa setempat.
2.      Proses PI dilakukan di sekolah – sekolah bagi siswa – siswi (anak - anak).
3.      Menyiapkan pelayan - pelayan pribumi.
4.      Menerjemakan Alkitab dan khotbah - khotbah dalam bahasa setempat.
5.      Mengadakan ibadah – ibadah dan doa malam selain ibadah rutin setiap hari minggu.
Perlu diingat bahwa Belanda atau VOC, cukup berhasil dalam misi PI, walau pun pada awalnya mereka hanya bertujuan dan lebih mementingkan masalah perdagangan. setelah tahun 1780, kekuasaan VOC merosot dan gereja ikut menderita (terutama gereja – gereja di daerah pinggiran). Namun kegiatan gereja tetap dijalankan oleh para guru sekolah.[3] Dengan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa gereja pada saat itu cukup mandiri dalam hal menjaga iman Kristen.

GEREJA DI SULAWESI UTARA DAN SANGIR-TALAUD
Dalam tahun 1560-an, agama Kristen mendapat tempat berpijak juga di Sulawasi utara dan kepulauan Sangir-Talaut. Disini pula kekristenan jalin – menjalin dengan persaingan antara orang – orang Portugis dan Ternate, kemudian orang – orang Spanyol dan orang – orang Belanda. Pada tahun 1563, sultan Hairun ingin menaklukan daerah Sulawesi Utara, rencana tersebut tercium oleh bangsa Portugis. Yang kemudian berusaha mendahului sultan dengan mengirim dua korakora Portugis berlayar ke Sulawesi. Dalam ekspedisi tersebut diikut sertakan seorang misyonaris, mereka sampai di manado pada bulan mei 1563. Orang pribumi sangat bersifat positif dalam menyambut kedatangan misionaris, hal ini memudahkan Pater Magelhaes dalam menjelankan misi PI. Dalam waktu yang singkat dia membabtis raja dan 1.500 orang rakyatnya juga ia membabtis raja pulau Siau yang kebetulan pada saat itu berada di Manado. Peristiwa – peristiwa itu dapat dikatakan sebagai permulaan gereja Kristen di Minahasa dan Sangir-Talaud, selain itu ia juga membabtis 2.000 orang di Kaidipan (di pantai Utara daerah Gorontalo).
Misionaris berikutnya juga membabtis seorang raja dari pulau Sangir bersama rakyatnya. Namun hal tersebut dirasa tidak bertanggung jawab. Apa gunanya membabtis banyak orang tanpa persiapan yang wajar dan terutama kalau tidak ada tenaga misionaris yang ditempatkan ditengah mereka agar mendidik mereka lebih lanjut?. Hal tersebut menyebabkan orang – orang pribumi menjadi Kristen secara terpaksa (ikut – ikutan), hal ini Nampak jelas karena orang pribumi yang sudah dibabtis masih hidup dengan tradisi agama nenek moyang mereka (agama suku). Untuk itu para misionaris berkomitmen bahwa babtisan hanya boleh dilayankan kalau ada kepastian bahwa orang – orang Kristen baru itu dapat dipelihara terus. Dengan alasan itu Magelhaes menolak babtisan bagi raja Bolaang Mongondow dan rakyatnya, walaupun mereka minta untuk dibabtis.[4]
Setelah Spanyol berhasil merebut Maluku utara pada tahun 1606, minat terhadap agama Kristen tumbuh lagi, akan tetapi misyonaris memiliki pekerjaan yang berat karena dirintangi oleh kematian pekerjaan – pekerjaannya dan juga karena hampir sebagian penduduk Manado telah di Muslimkan. Pada tahun 1619 para misionaris mulai menyebarkan injil lagi namun dipusatkan pada daerah pegunungan. Namun pada saat kunjungan para misionaris bertepatan dengan panen gagal, sehingga orang pribumi menganggap bahwa kedatangan para misionaris telah menyebabkan atau sebagai penyebab panen gagal.[5]
*     Metode yang digunakan dalam proses PI
1.      Mepelajari bahasa dan budaya daerah setempat.
2.      Menghafal doa dan rumusan Kristen lalu dibabtis.
3.      Menginjili petinggi atau raja terlebih dahulu.
*     Dampak positif dan negative dari metode – metode yang dipakai.
v  Dampak positif
1.      Banyak orang masuk Kristen.
2.      Injil atau kekristenan tersebar lebih luas.

v  Dampak negative
1.      Orang menjadi Kristen karena terpaksa atau ikut – ikutan saja.
2.      Iman/ kekristenan tidak dapat dipertahankan (kekafiran terus berlanjut)
*     Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI.
1.      Peperangan.
2.      Kurangnya tenaga misionaris.
3.      Orang pribumi menganggab para misionaris sebagai penyebab panen gagal.
4.      Pengaruh Islam yang telah masuk.
5.      Merupakan daerah perbatasan antara Spanyol dengan Belanda.
Misi mendapat angin segar ketika raja Siau, yang dalam mimpinya didatangi oleh ayahnya yang memerintahkannya untuk membangun sebuah gereja dan pergi ke benteng Spanyol di Ternate untuk meminta kedatangan seorang misionaris. Hal tersebut membawah dampak positif bagi PI. Dalam seketika semua rakya kerajaan Siau menyerakan diri masuk Kristen.
Pada tahun 1677, pasukan Kompeni dan Ternate menduduki Siau dan Sangir. Di Sangir pemuda – pemuda Kristen dibunuh, tetapi dengan raja Siau yang menguasai sebagian pulau Sangir, Kompeni mengikat perjanjian yang berisi : penduduk kerajaannya akan beralih menjadi Protestan. Dengan demikian tamatlah riwayat misi Kristen diwilayah Sulawesi Utara dan kepulauan Sangir. Belanda membutuhkan minahasa sebagai gudang perbekalan sedangkan di Siau terdapat cengke. Hal yang terjadi di Ambon terulang kembali lagi di Manado, dimana orang Kristen yang beralih menjadi Protestan di telantarkan karena pihak Belanda tidak memiliki tenaga Pelayan Firman yang dapat melayani mereka.[6]
Di Sangir Besar, sebagian penduduk sejak abad ke-16 sudah masuk Islam, sedangkan sebagian lain telah masuk Kristen. tetapi sampai abad ke-19 mayoritas orang Sangir dan Talaud masih beragama suku. Selama masa penjajahan Belanda terdapat dua faktor yang mempersulit karya PI, yaitu kehadiran sejumlah besar pedagang yang memasukan minuman keras dan sikap permusuhan yang diperlihatkan sebagian pejabat pemerintah Belanda yang ditetapkan di daerah itu sejak tahun 1882.[7]

*     Metode – metode yang digunakan
1.      Mepelajari budaya dan bahasa setempat.
2.      Menerjemahkan suatu kitab katekismus sederhana dalam bahasa setempat (bahasa Sangir).
3.      Menghafal doa – doa serta ikhtisar singkat iman Kristen kemudian dibabtis.
*     Dampak positif dan negative dari metode – metode yang dipakai.
v  Dampak positif
1.      Banyak orang masuk Kristen.
2.      Injil atau kekristenan tersebar lebih luas.
3.      Orang pribumi dapat membaca Alkitab sendiri tanpa bantuan orang lain.
v  Dampak negative
1.      Iman Kristen tidak dapat dipertahankan (dasar iman orang Kristen yang baru tidak kokoh).
2.      Orang masuk Kristen karena terpaksa (ikut – ikutan saja).
*     Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI
1.      Pedagang yang memasukan minuman keras (miras).
2.      sikap permusuhan yang diperlihatkan sebagian pejabat pemerintah Belanda yang ditetapkan di daerah itu.
3.      Kurang mendapat perhatian dari pemerinta belanda karena dianggap sebagai daerah pinggiran.
4.      Kurangnya tenaga Pelayan Firman.
5.      Bahasa.
6.      Peperangan.
Mula – mula perkembangan agama Kristen di Sulawesi Utara memberi harapan baik. tetapi orang – orang Portugis-Spanyol maupun Belanda, mengangap daerah ini merupakan daerah pinggiran sehingga tidak mendapat perhatian yang secukupnya. Pekerjaan diganggu juga oleh perang dan oleh kematian banyak pekerja. Akibatnya gereja di Minahasa dan di Sangir-Talaud selama masa itu tetap lemah. Pada akhir masa VOC ia malah menjadi sama sekali terlantar.[8]


GEREJA DI NUSATENGGARA TIMUR (1556-PERMULAAN ABAD KE-19)
 Pada zaman dahulu kala, pulau – pulau NTT khususnya Timor, sudah terkenal karena kayu cendana yang banyak disana. Hal ini merupakan suatu daya tarik bagi Portugis dan Belanda. Setelah Portugis menemukan jalan ke Timor, dengan cepat mereka dapat mendapat kedudukan dalam perdagangan cendana. Sekitar tahun 1550 kapal – kapal Portugis setiap tahun datang ke Timor untuk mengangkut kayu cendana. Salah satu pusat mereka adalah di pulau Solor. Riwayat gereja di NTT bermula dengan berita tahun 1556, dimana seorang pater yang bernama Antonio Taveira membabtis banyak orang di Timor dan di Flores (Larantuka dan sekitarnya). Juga ada seorang sodagar yang membabtis sebagian orang Flores. Selanjutnya para pater membangun benteng di Solor untuk mempertahankan diri dan orang – orang Kristen dari serangan orang – orang makasar dan Jawa, seorang Pater bertidak sebagai kepala Negara dan ia mengankat seorang awam sebagai panglima. Di pulau Ende dibangun juga benteng yang dipimpin oleh pater – pater.[9]
Pada tahun 1613 belanda merebut benteng di Solor. Kelompok Paji yang beragama suku/Islam memihak kepada belanda dan kelompok Demon yang beragama Katolik memihak kepada Portugis. Dimasa berikutnya, Portugis dan VOC memperebutkan wilayah NNT. Hal ini sangat menentukan perkembangan misi PI di NTT. Jika Portugis yang menang PI akan berkembang namun sebaliknya jika VOC yang menang maka PI akan mengalami kemundura.[10]
Pater terus bertindak sebagai pemimpin, mereka membangun benteng – benteng, memimpin pertahanan terhadap serangan musuh dan malah mengusahakan perluasan daerah kekuasaan, baik secara damai maupun secara kekerasan. Setelah disudutkan oleh pihak Belanda, Portugis membuat suatu pangkalan di Larantuka. Dimana apabila Belanda mau membeli kayu cendana, mereka harus berurusan dengan pembesar imam di situ. Perdagangan itu dipakai untuk membiyayai pekerjaan misi. Namun hal tersebut disalah gunakan oleh para pater dimana hasil perdagangan tersebut dipakai untuk memperkaya diri mereka. Hal ini berarti mereka telah mengingkari janji salibannya.[11]
Dibawah pimpinan pater Antonio de San Jacinto agama Katolik merebut daerah Timor. Di Larantuka berlimpah kayu cendana yang datang dari Timor, desas – desus tentang adanya emas dan tembaga di Timor tentulah menimbulkan untuk merebut Timor baik secara rohani maupun politik. Saat armada dari Sulawesi Selatan datang dan merebut kota Larantuka, penduduk melarikan diri ke gunung. Pater Jacinto mengajak dan menguatkan hati mereka supaya maju dan berperang sambil menjanjikan kepada mereka bantuan ilahi guna mencapai kemenangan. Setelah mengalakan pasukan penyerang, sang pater berangkat kesana. Ia menemukan orang – orang Timor yang tertimpah bencana dan menggambarkan bencana itu sebagai akibat mereka jalan salah dalam agama.[12]
Pada tahun 1613, Belanda merebut benteng di Solor disana mereka menemukan ribuan orang Kristen, dan oleh karena itu mereka segera mengirim dua orang pendeta. Juga orang Belanda mengijinkan dua orang pater Dominikan untuk tetap tinggal di Larantuka. Mereka ini berhasil memelihara orang Kristen sehingga tetap katolik, berarti anti Belanda. Karena tidak sepenting Maluku dari sudut ekonomis menyebabkan perhatian dari VOC tersentak – sentak dan pekabaran injil di sana tidak dapat berkembang. Pada tahun 1670-an satu-dua raja meminta agar mereka atau pengikut – pengikut mereke dibabtis. Untuk sementara waktu, jumlah orang Kristen masih kecil tidak melebihi 50 sampai 80 orang mereka dilayani oleh seorang penghibur orang – orang sakit. Pada tahun 1688 penghibur orang – orang sakit tersebut menyeberang ke pihak Portugis, dalam keadaan itu mereka mengankat seorang guru pribumi yang bernama Paulus (Paulus kupang) menjadi pimpinan jemaat. Dia Cuma dapat membaca khotbah – khotbah, doa – doa dan rumusan – rumusan lain yang sudah disusun sebelumnya. Namun karena dia menjalankan tugasnya dengan begitu baik maka dia diangkat sebagai penghibur orang – orang sakit, namun tidak berarti dia mendapat hak lebih banyak, akan tetapi setidaknya statusnya menjadi sama dengan sekelompok  orang Belanda. Paulus meninggal pada tahun 1716.[13]
Dalam abad ke-18 jumlah orang Kristen di daerah kekuasaan Belanda di Timor mulai mengalami peningkatan yakni tahun 1719 dari 84 orang menjadi 460 orang, tahun 1753 sebanyak 1300 orang. Sekitar tahun 1740-an terjadi gerakan masal kepada agama Kristen di pulau Roti. Disitu ribuan orang menjadi Kristen. dampak perkembangan ini akhirnya gereja mengambil keputusan mengutus seorang pendeta ke Kupang, jemaat di Timor dilayani secara teratur selama sepuluh tahun. Selama itu juga terjadi gerakan ke agama Kristen di pulau Sawu.[14]
Pada tahun 1749 Portugis menyerang Kupang dengan pasukan tentara yang kuat. Penghibur orang – orang sakit yang bertugas di benteng VOC, mengumpulkan semua orang dan kemudian pendeta bernubuat kepada mereka tentang ceritera Gideon. Ia mendorong para pendengarnya dengan kata – kata : jangan takut, percayalah kepada Allah; Tuhan akan menyertai kamu asalkan kamu tidak bimbang dan lari. Setelah mengalakan Portugis wibawa orang Belanda naik diantara suku – suku setempat, begitu juga wibawa agama mereka. Pada tahun 1770, VOC tidak lagi sungguh – sungguh memperhatikan ribuan orang Kristen baru itu. Setelah tahun itu tidak ada lagi pendeta yang menetap di Kupang, dan beberapa waktu kemudian kunjungan – kunjungan pendeta pun berhenti.[15] 
*     Metode – metode yang dipakai dalam proses PI.
1.      Melakukan pembabtisan masal dalam waktu yang singkat.
2.      Membuat khotbah – khotbah, doa – doa dan rumusan – rumusan Kristen secara sederhana agar dapat digunakan oleh orang lain.
3.      Penjajahan.
*     Hambatan - hambatan yang dialami dalam proses PI.
1.      Permusuhan antara dua golongan yakni golongan Demon dengan golongan Paji.
2.      Perebutan hak wilayah antara Belanda dengan Portugis.
3.      Serangan orang Makasar dan Jawa.
4.      Penyalah gunaan kekuasaan oleh pater.
5.      Agama suku.
Agama Kristen dibawa ke NTT mulai tahun 1556, dengan perantaraan orang – orang Portugis dan Belanda. Sama dengan di daerah lain perluasannya terjalin dengan sejarah ekonomis dan politis daerah itu. Dan cara orang memahami iman Kristen dipengaruhi unsur – unsur agama suku dan ideologi-negara dari barat. Pada akhir zaman ini, gereja Katolik-Roma maupun gereja Protestan mempunyai pangkalan di NTT.[16]



KATA  PENGANTAR

           Puji syukur kehadirat  Tuhan yang maha kuasa karena atas pertolongannya, kami dapat menyelesaikan masalah makalah ini dengan baik, sekalipun menyadari keberadaannya masih banyak kekurangan yang di miliki dari hasil pemaparan makalah ini.
           Dengan menggunakan beberapa sumber referensi buku kami berupaya  menyelesaikan makalah ini, dan juga berusaha mempersembahkan yang terbaik sebagai bagian karya ilmiah yang terkecil dan sederhana.
          Dengan demikian kami sangat mengharapkan kontribusi dari semua pihak yang pembaca makalah kami, baik kritik, saran, pendapat, bahkan perubahan-perubahan yang positif berguna bagi perbaikan makalah ini menjadi persembahan yang terbaik untuk kita semua.
           Akhir kata, semoga makalah sederhana dapat memberikan kita pengetahuan baru guna mengembangkan ilmu dan pengetahuan kita kedepan terkait dengan Sejara Gereja kita di Indonesia, di lingkungan perguruan tinggi ini. Semoga Tuhan Yesus menolong kita semua.



  
                                                   Kelompok II






BAB III PENUTUP
1.      Kesimpulan
Berdasakan paparan materi kami diatas kami menyimpulkan bahwa, kita atau orang Indonesia mengenal agama Kristen dari para penjajah yang masuk melalui jalur perdagangan. Sekalipun mereka datang dengan tujuan menguasai jalur perdagangan namun di samping itu misi Kristen di ajarkan atau di berikan kepada orang – orang pribumi. Meskipun dalam perjalanannya tidak semulus apa yang diharapkan karena harus mendapatkan berbagai rintangan, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat para misionaris dalam menjalankan tugas atau misinya. Dengan menggunakan berbagai metode – metode para misionaris berusaha menjelaskan Injil bagi orang – orang pribumi. Sekalipun metode yang digunakan tidak dapat menjamin dapat menghasikan iman Kristen yang teguh namun setidaknya mereka sudah meletakan dasar atau fondasi iman Kristen dalam diri orang – orang pribumi. Hasil dari usaha tersebut yang dapat kita rasakan pada saat ini.
2.      Saran
Janganlah menilai sesuatu dari suatu aspek atau suatu segi saja. tetapi mari kita belajar menilai sesuatu berdasaan semua hasil dari hal tersebut. Sama seperti para penjajah, kalau kita hanya melihat dari segi ekonomi dan politik sudah tentu kita akan merasa marah dan jengkel, tetapi kalau ditijau dari segi agama maka kita patut berterima kasih kepada mereka karena dari mereka kita dapat mengenal kekristenan. Semoga makalah kami dapat berguna bagi saudara sekalian. 










BAB I PENDAHULUAN

*     Profil daerah Sulawesi Utara
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/60DF4BF1-56E3-4999-B346-8B019CD7D1BC/1310/sulut.jpgProvinsi Sulawesi Utara beribukota di Manado dengan luas wilayah sebesar 15.376,99 km2, sekitar 70% dari luas wilayah ini adalah wilayah lautan. Letak geografis provinsi ini antara 0030’ - 5035’ Lintang Utara dan antara 123070’ - 127000’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah :
Ø  Sebelah Utara : Laut Sulawesi, Negara Filipina, dan Laut Pasifik
Ø  Sebelah Timur : Laut Maluku
Ø  Sebelah Selatan : Teluk Tomini
Ø  Sebelah Barat : Provinsi Gorontalo
Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut sebagai Menado. Motto Sulawesi Utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering kali dikatakan: "Baku beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling menambah pintar dengan orang lain".
Propinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan bervariasi meliputi berbagai sektor seperti pertambangan, pariwisata, perindustrian, pertanian dan lain-lain. Sektor pertanian yang meliputi peternakan, perkebunan, tanaman pangan, perikanan menjadi sektor dominan di Sulawesi Utara sesuai dengan kondisi dimana propinsi ini merupakan daerah agraris. Dari sektor pertanian dihasilkan kelapa, cengkih, pala, kopi, vanilla. Dari sub-sektor perikanan dihasilkan tuna, cakalang, kerapu, rumput laut dan lain-lain, yang sudah diekspor dalam volume besar ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika. Di samping produk sektor pertanian yang diusahakan oleh masyarakat pertanian Sulawesi Utara juga memiliki sumber daya alam pertambangan dan pariwisata yang menunggu untuk dikelola oleh para investor.[17]
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/93/Tinutuan_bubur_Manado.JPG/250px-Tinutuan_bubur_Manado.JPGMakanan khas Sulawesi Utara yang paling populer adalah Tinutuan atau Midal (bubur Manado). Di daerah Minahasa terdapat makanan khas yang jarang ditemui di daerah lainnya di Indonesia, seperti rintek wuuk (biasa disebut RW) atau daging anjing, daging ular dan paniki (daging kelelawar). Makanan khas lainnya seperti woku blanga dan cakalang fufu sering ditemui di daerah pesisir. Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan sekitarnya yaitu "saguer" yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau. Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap Tikus (minuman beralkohol tinggi dari proses fermentasi).
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.
Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah "warga Kawanua". Walaupun secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa, "Kawanua" sering diartikan sebagai penduduk negeri atau "wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang Minahasa). Kata "Kawanua" diyakini berasal dari kata "Wanua". Kata "Wanua" dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Sementara dalam bahasa Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai negeri atau desa.[18]

*     Profil daerah Sangir-talaut
Bila ditelusuri dari asal-usul keturunannya atau yang disebut silsilah, maka nenek moyang penduduk daerah Sangihe Talaud semuanya berasal dari tempat lain yang datang melalui lautan, lalu menetap di daerah tersebut, mereka adalah:
1.      Ras Apapuang (yang paling awal), konon ceritanya berasal dari Bangsa Negrito;
2.      Ras yang berasal dari Saranggani, Mindanao Selatan;
3.      Ras dari daratan Merano, Mondanao Tengah;
4.      Ras dari Kepl. Sulu (sebagian kecil adalah raksasa);
5.      Ras dari Kedatuan Bowentehu + Manado Tua, dimana ras ini berasal dari Molibagu (Bolangitam).
Dari kelima ras diatas, hanya ras no. 1 dan no. 5 yang suka perdamaian, sedang ras no. 2, 3 dan 4 termasuk ras yang gemar berperang. Namun demikian sesuai keyakinan, mereka enggan memulai tapi bersifat menunggu, nanti membalas serangan yang datang dari lautan, utamanya musuh bubuyutan dari bajak-bajak laut dari Kepl. Sulu.
Bahasa Talaud adalah bahasa yang digunakan oleh etnik Talaud di Sulawesi Utara, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Sebagian pula bahasa ini dituturkan di Kabupaten Minahasa.[19]
*     Profil daerah NTT
http://www.goseentt.com/Photos/NTT%20map%202.jpg









Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat.Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat. Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadaan penduduk di Nusa Tenggara Timur sebesar 96 jiwa/km2, dengan proseentasi penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sebagian besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam 9,05% , Hindu 0,11% Buddha 0,01% dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Tradisi pasola menggabungkan keahlian menunggang kuda dan melempar lembing yang diadakan untuk menyambut tahun baru dalam kepercayaan Marapu dan panen.
Nyale (atau disebut Bau Nyale di Lombok) adalah upacara perburuan cacing laut untuk menyambut Pasola. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilakukan.
Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong ayam dan membuat ketupat. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.[20]



 





















DAFTAR PUSTAKA

End Den Van, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 83
End Den Van dan Weitjens. J, ragi carita 2, (Jakarta: BPK GM, 2000), hal, 143
http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara
http://sitaro.wordpress.com/2010/04/15/asal-usul-penduduk-sangihe-talaud-versi-buku-suendumang/




[1] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta : BPK GM, 1980), hal, 65
[2] Ibid, hal, 66
[3] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 78-79
[4] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 80-81
[5] Ibid, hal, 82
[6] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 83
[7] Van Den End dan J. Weitjens, ragi carita 2, (Jakarta: BPK GM, 2000), hal, 143
[8] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 86.
[9] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 87
[10] Ibid, hal, 88
[11] Ibid, hal, 90
[12] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 90
[13] Ibid, 91-92
[14] Ibid, 92
[15] Van Den End, ragi carita 1, (Jakarta: BPK GM, 1980), hal, 93
[16] Ibid, hal, 93-94
[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara
[20] http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur

Komentar