Victor th furima Sth
BAB II ISI (VOC)
GEREJA DI MALUKU PADA ZAMAN BELANDA
Pada tahun 1605, angkatan laut VOC merebut benteng – benteng Portugis di Banda dan di Ambon.
Kedatangan orang – orang belanda membawah hadiah besar bagi kampung – kampung
Kristen, malahan bagi seluruh Ambon dan Lease. Sebab mereka berhasil mengikat
perjanjian perdamaan antara semua kampung di pulau – pulau itu. VOC merupakan
badan perdagangan yang bertujuan menguasai/memperoleh monopoli, hak tunggal
untuk jual-beli rempah – rempah. Untuk itu jika ada daerah – daerah yang tidak
menaati perintahnya akan di taklukan (Banda 1621, Hitu 1645, Seram Barat 1655).
Orang – orang Kristen di Ambon dan Lease mempunyai
agama yang sama dengan orang Portugis yang merupakan musuh dari VOC, hal ini
tidak dapat diterima oleh VOC karena mereka berprinsib bahwa yang punya Negara,
menentukan agama. Jadi orang – orang Katolik ditaklukan dan harus menjadi
Protestan, imam – imam Katolik diusir. Hal ini menyebabkan adanya kekosongan
karena VOC tidak memiliki atau belum bisa mendatangkan pelayan atau pendeta
untuk melayani umat Kristen.
Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI
1.
Kurangnya tenaga
pelayan/pendeta.
2.
Pelayanan hanya
dipusatkan pada daerah – daerah pusat saja, sedangkan daerang pinggiran kurang
mendapat perhatian.
3.
Adanya
perjanjian antara VOC dengan sultan Ternate yang merugikan proses PI.
4.
Kurangnya perhatian
pemerinta Belanda (VOC), terhadap proses PI.
5.
Bahasa.
6.
Sekolah -
sekolah ditutup.
7.
Agama – agama
lain yang duluan sebelum agama Protestan.
Hal – hal yang dilakukan oleh VOC dalam menunjang
proses PI
1.
Membuka sekolah
– sekolah kembali.
2.
Mendatangkan
tenaga – tenaga pelayan Firman.
3.
Membentuk suatu
majelis gereja di Ambon (1625)
4.
Menyiapkan
tenaga – tenaga pelayan pribumi.
5.
Membangun gedung
– gedung gereja.
6.
Membuat
kesepakatan damai antara kampung – kampung disekitar Maluku.
Metode – metode yang digunakan dalam proses PI
1.
Melakukan
pendekatan dan belajar budaya dan bahasa setempat.
2.
Proses PI
dilakukan di sekolah – sekolah bagi siswa – siswi (anak - anak).
3.
Menyiapkan
pelayan - pelayan pribumi.
4.
Menerjemakan
Alkitab dan khotbah - khotbah dalam bahasa setempat.
5.
Mengadakan
ibadah – ibadah dan doa malam selain ibadah rutin setiap hari minggu.
Perlu diingat
bahwa Belanda atau VOC, cukup berhasil dalam misi PI, walau pun pada awalnya
mereka hanya bertujuan dan lebih mementingkan masalah perdagangan. setelah
tahun 1780, kekuasaan VOC merosot dan gereja ikut menderita (terutama gereja –
gereja di daerah pinggiran). Namun kegiatan gereja tetap dijalankan oleh para
guru sekolah. Dengan keterangan diatas
dapat disimpulkan bahwa gereja pada saat itu cukup mandiri dalam hal menjaga
iman Kristen.
GEREJA DI SULAWESI UTARA DAN SANGIR-TALAUD
Dalam tahun
1560-an, agama Kristen mendapat tempat berpijak juga di Sulawasi utara dan
kepulauan Sangir-Talaut. Disini pula kekristenan jalin – menjalin dengan
persaingan antara orang – orang Portugis dan Ternate, kemudian orang – orang
Spanyol dan orang – orang Belanda. Pada tahun 1563, sultan Hairun ingin
menaklukan daerah Sulawesi Utara, rencana tersebut tercium oleh bangsa
Portugis. Yang kemudian berusaha mendahului sultan dengan mengirim dua korakora
Portugis berlayar ke Sulawesi. Dalam ekspedisi tersebut diikut sertakan seorang
misyonaris, mereka sampai di manado pada bulan mei 1563. Orang pribumi sangat
bersifat positif dalam menyambut kedatangan misionaris, hal ini memudahkan Pater
Magelhaes dalam menjelankan misi PI. Dalam waktu yang singkat dia membabtis
raja dan 1.500 orang rakyatnya juga ia membabtis raja pulau Siau yang kebetulan
pada saat itu berada di Manado. Peristiwa – peristiwa itu dapat dikatakan
sebagai permulaan gereja Kristen di Minahasa dan Sangir-Talaud, selain itu ia
juga membabtis 2.000 orang di Kaidipan (di pantai Utara daerah Gorontalo).
Misionaris
berikutnya juga membabtis seorang raja dari pulau Sangir bersama rakyatnya.
Namun hal tersebut dirasa tidak bertanggung jawab. Apa gunanya membabtis banyak
orang tanpa persiapan yang wajar dan terutama kalau tidak ada tenaga misionaris
yang ditempatkan ditengah mereka agar mendidik mereka lebih lanjut?. Hal
tersebut menyebabkan orang – orang pribumi menjadi Kristen secara terpaksa
(ikut – ikutan), hal ini Nampak jelas karena orang pribumi yang sudah dibabtis
masih hidup dengan tradisi agama nenek moyang mereka (agama suku). Untuk itu
para misionaris berkomitmen bahwa babtisan hanya boleh dilayankan kalau ada
kepastian bahwa orang – orang Kristen baru itu dapat dipelihara terus. Dengan
alasan itu Magelhaes menolak babtisan bagi raja Bolaang Mongondow dan
rakyatnya, walaupun mereka minta untuk dibabtis.
Setelah Spanyol
berhasil merebut Maluku utara pada tahun 1606, minat terhadap agama Kristen
tumbuh lagi, akan tetapi misyonaris memiliki pekerjaan yang berat karena
dirintangi oleh kematian pekerjaan – pekerjaannya dan juga karena hampir
sebagian penduduk Manado telah di Muslimkan. Pada tahun 1619 para misionaris
mulai menyebarkan injil lagi namun dipusatkan pada daerah pegunungan. Namun
pada saat kunjungan para misionaris bertepatan dengan panen gagal, sehingga
orang pribumi menganggap bahwa kedatangan para misionaris telah menyebabkan atau sebagai penyebab panen
gagal.
Metode yang digunakan dalam proses PI
1.
Mepelajari
bahasa dan budaya daerah setempat.
2.
Menghafal doa
dan rumusan Kristen lalu dibabtis.
3.
Menginjili
petinggi atau raja terlebih dahulu.
Dampak positif dan negative dari metode – metode
yang dipakai.
v Dampak positif
1.
Banyak orang
masuk Kristen.
2.
Injil atau
kekristenan tersebar lebih luas.
v Dampak negative
1.
Orang menjadi
Kristen karena terpaksa atau ikut – ikutan saja.
2.
Iman/
kekristenan tidak dapat dipertahankan (kekafiran terus berlanjut)
Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI.
1.
Peperangan.
2.
Kurangnya tenaga
misionaris.
3.
Orang pribumi
menganggab para misionaris sebagai penyebab panen gagal.
4.
Pengaruh Islam
yang telah masuk.
5.
Merupakan daerah
perbatasan antara Spanyol dengan Belanda.
Misi mendapat
angin segar ketika raja Siau, yang dalam mimpinya didatangi oleh ayahnya yang
memerintahkannya untuk membangun sebuah gereja dan pergi ke benteng Spanyol di
Ternate untuk meminta kedatangan seorang misionaris. Hal tersebut membawah
dampak positif bagi PI. Dalam seketika semua rakya kerajaan Siau menyerakan
diri masuk Kristen.
Pada tahun 1677,
pasukan Kompeni dan Ternate menduduki Siau dan Sangir. Di Sangir pemuda –
pemuda Kristen dibunuh, tetapi dengan raja Siau yang menguasai sebagian pulau
Sangir, Kompeni mengikat perjanjian yang berisi : penduduk kerajaannya akan
beralih menjadi Protestan. Dengan demikian tamatlah riwayat misi Kristen
diwilayah Sulawesi Utara dan kepulauan Sangir. Belanda membutuhkan minahasa
sebagai gudang perbekalan sedangkan di Siau terdapat cengke. Hal yang terjadi
di Ambon terulang kembali lagi di Manado, dimana orang Kristen yang beralih
menjadi Protestan di telantarkan karena pihak Belanda tidak memiliki tenaga
Pelayan Firman yang dapat melayani mereka.
Di Sangir Besar,
sebagian penduduk sejak abad ke-16 sudah masuk Islam, sedangkan sebagian lain
telah masuk Kristen. tetapi sampai abad ke-19 mayoritas orang Sangir dan Talaud masih
beragama suku. Selama masa penjajahan Belanda terdapat dua faktor yang
mempersulit karya PI, yaitu kehadiran sejumlah besar pedagang yang memasukan
minuman keras dan sikap permusuhan yang diperlihatkan sebagian pejabat pemerintah
Belanda yang ditetapkan di daerah itu sejak tahun 1882.
Metode – metode yang digunakan
1.
Mepelajari
budaya dan bahasa setempat.
2.
Menerjemahkan
suatu kitab katekismus sederhana dalam bahasa setempat (bahasa Sangir).
3.
Menghafal doa –
doa serta ikhtisar singkat iman Kristen kemudian dibabtis.
Dampak positif dan negative dari metode – metode
yang dipakai.
v Dampak positif
1.
Banyak orang
masuk Kristen.
2.
Injil atau
kekristenan tersebar lebih luas.
3.
Orang pribumi
dapat membaca Alkitab sendiri tanpa bantuan orang lain.
v Dampak negative
1.
Iman Kristen
tidak dapat dipertahankan (dasar iman orang Kristen yang baru tidak kokoh).
2.
Orang masuk
Kristen karena terpaksa (ikut – ikutan saja).
Kendala – kendala yang dihadapi dalam proses PI
1.
Pedagang yang memasukan
minuman keras (miras).
2.
sikap permusuhan
yang diperlihatkan sebagian pejabat pemerintah Belanda yang ditetapkan di
daerah itu.
3.
Kurang mendapat
perhatian dari pemerinta belanda karena dianggap sebagai daerah pinggiran.
4.
Kurangnya tenaga
Pelayan Firman.
5.
Bahasa.
6.
Peperangan.
Mula – mula
perkembangan agama Kristen di Sulawesi Utara memberi harapan baik. tetapi orang
– orang Portugis-Spanyol maupun Belanda, mengangap
daerah ini merupakan daerah pinggiran sehingga tidak mendapat perhatian yang
secukupnya. Pekerjaan diganggu juga oleh perang dan oleh kematian banyak
pekerja. Akibatnya gereja di Minahasa dan di Sangir-Talaud selama masa itu
tetap lemah. Pada akhir masa VOC ia malah menjadi sama sekali terlantar.
GEREJA DI NUSATENGGARA TIMUR (1556-PERMULAAN ABAD
KE-19)
Pada zaman dahulu kala, pulau – pulau NTT
khususnya Timor, sudah terkenal karena kayu cendana yang banyak disana. Hal ini
merupakan suatu daya tarik bagi Portugis dan Belanda. Setelah Portugis
menemukan jalan ke Timor, dengan cepat mereka dapat mendapat kedudukan dalam
perdagangan cendana. Sekitar tahun 1550 kapal – kapal Portugis setiap tahun
datang ke Timor untuk mengangkut kayu cendana. Salah satu pusat mereka adalah
di pulau Solor. Riwayat gereja di NTT bermula dengan berita tahun 1556, dimana
seorang pater yang bernama Antonio Taveira membabtis banyak orang di Timor dan
di Flores (Larantuka dan sekitarnya). Juga ada seorang sodagar yang membabtis
sebagian orang Flores. Selanjutnya para pater membangun benteng di Solor untuk
mempertahankan diri dan orang – orang Kristen dari serangan orang – orang
makasar dan Jawa, seorang Pater bertidak
sebagai kepala Negara dan ia mengankat
seorang awam sebagai panglima. Di pulau Ende dibangun juga benteng yang
dipimpin oleh pater – pater.
Pada tahun 1613
belanda merebut benteng di Solor. Kelompok Paji yang beragama suku/Islam
memihak kepada belanda dan kelompok Demon yang beragama Katolik memihak kepada
Portugis. Dimasa berikutnya, Portugis dan VOC memperebutkan wilayah NNT. Hal
ini sangat menentukan perkembangan misi PI di NTT. Jika Portugis yang menang PI
akan berkembang namun sebaliknya jika VOC yang menang maka PI akan mengalami
kemundura.
Pater terus
bertindak sebagai pemimpin, mereka membangun benteng – benteng, memimpin
pertahanan terhadap serangan musuh dan malah mengusahakan perluasan daerah
kekuasaan, baik secara damai maupun secara kekerasan. Setelah disudutkan oleh
pihak Belanda, Portugis membuat suatu pangkalan di Larantuka. Dimana apabila
Belanda mau membeli kayu cendana, mereka harus berurusan dengan pembesar imam
di situ. Perdagangan itu dipakai untuk membiyayai pekerjaan misi. Namun hal
tersebut disalah gunakan oleh para pater dimana hasil perdagangan tersebut
dipakai untuk memperkaya diri mereka. Hal ini berarti mereka telah mengingkari
janji salibannya.
Dibawah pimpinan
pater Antonio de San Jacinto agama Katolik merebut daerah Timor. Di Larantuka berlimpah
kayu cendana yang datang dari Timor, desas – desus tentang adanya emas dan
tembaga di Timor tentulah menimbulkan untuk merebut Timor baik secara rohani
maupun politik. Saat armada dari Sulawesi Selatan datang dan merebut kota
Larantuka, penduduk melarikan diri ke gunung. Pater Jacinto mengajak dan
menguatkan hati mereka supaya maju dan berperang sambil menjanjikan kepada
mereka bantuan ilahi guna mencapai kemenangan. Setelah mengalakan pasukan
penyerang, sang pater berangkat kesana. Ia menemukan orang – orang Timor yang
tertimpah bencana dan menggambarkan bencana itu sebagai akibat mereka jalan
salah dalam agama.
Pada tahun 1613,
Belanda merebut benteng di Solor disana mereka menemukan ribuan orang Kristen,
dan oleh karena itu mereka segera mengirim dua orang pendeta. Juga orang
Belanda mengijinkan dua orang pater Dominikan untuk tetap tinggal di Larantuka.
Mereka ini berhasil memelihara orang Kristen sehingga tetap katolik, berarti
anti Belanda. Karena tidak sepenting Maluku dari sudut ekonomis menyebabkan
perhatian dari VOC tersentak – sentak dan pekabaran injil di sana tidak dapat
berkembang. Pada tahun 1670-an satu-dua raja meminta agar mereka atau pengikut
– pengikut mereke dibabtis. Untuk sementara waktu, jumlah orang Kristen masih
kecil tidak melebihi 50 sampai 80 orang mereka dilayani oleh seorang penghibur
orang – orang sakit. Pada tahun 1688 penghibur orang – orang sakit tersebut
menyeberang ke pihak Portugis, dalam keadaan itu mereka mengankat seorang guru
pribumi yang bernama Paulus (Paulus kupang) menjadi pimpinan jemaat. Dia Cuma
dapat membaca khotbah – khotbah, doa – doa dan rumusan – rumusan lain yang
sudah disusun sebelumnya. Namun karena dia menjalankan tugasnya dengan begitu
baik maka dia diangkat sebagai penghibur orang – orang sakit, namun tidak
berarti dia mendapat hak lebih banyak, akan tetapi setidaknya statusnya menjadi
sama dengan sekelompok orang Belanda. Paulus
meninggal pada tahun 1716.
Dalam abad ke-18
jumlah orang Kristen di daerah kekuasaan Belanda di Timor mulai mengalami
peningkatan yakni tahun 1719 dari 84 orang menjadi 460 orang, tahun 1753
sebanyak 1300 orang. Sekitar tahun 1740-an terjadi gerakan masal kepada agama
Kristen di pulau Roti. Disitu ribuan orang menjadi Kristen. dampak perkembangan
ini akhirnya gereja mengambil keputusan mengutus seorang pendeta ke Kupang,
jemaat di Timor dilayani secara teratur selama sepuluh tahun. Selama itu juga
terjadi gerakan ke agama Kristen di pulau Sawu.
Pada tahun 1749
Portugis menyerang Kupang dengan pasukan tentara yang kuat. Penghibur orang –
orang sakit yang bertugas di benteng VOC, mengumpulkan semua orang dan kemudian
pendeta bernubuat kepada mereka tentang ceritera Gideon. Ia mendorong para
pendengarnya dengan kata – kata : jangan takut, percayalah kepada Allah; Tuhan
akan menyertai kamu asalkan kamu tidak bimbang dan lari. Setelah mengalakan
Portugis wibawa orang Belanda naik diantara suku – suku setempat, begitu juga
wibawa agama mereka. Pada tahun 1770, VOC tidak lagi sungguh – sungguh
memperhatikan ribuan orang Kristen baru itu. Setelah tahun itu tidak ada lagi
pendeta yang menetap di Kupang, dan beberapa waktu kemudian kunjungan –
kunjungan pendeta pun berhenti.
Metode – metode yang dipakai dalam proses PI.
1.
Melakukan
pembabtisan masal dalam waktu yang singkat.
2.
Membuat khotbah
– khotbah, doa – doa dan rumusan – rumusan Kristen secara sederhana agar dapat
digunakan oleh orang lain.
3.
Penjajahan.
Hambatan - hambatan yang dialami dalam proses PI.
1.
Permusuhan
antara dua golongan yakni golongan Demon dengan golongan Paji.
2.
Perebutan hak
wilayah antara Belanda dengan Portugis.
3.
Serangan orang
Makasar dan Jawa.
4.
Penyalah gunaan
kekuasaan oleh pater.
5.
Agama suku.
Agama Kristen
dibawa ke NTT mulai tahun 1556, dengan perantaraan orang – orang Portugis dan
Belanda. Sama dengan di daerah lain perluasannya terjalin dengan sejarah
ekonomis dan politis daerah itu. Dan cara orang memahami iman Kristen
dipengaruhi unsur – unsur agama suku dan ideologi-negara dari barat. Pada akhir
zaman ini, gereja Katolik-Roma maupun gereja Protestan mempunyai pangkalan di
NTT.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena atas
pertolongannya, kami dapat menyelesaikan masalah makalah ini dengan baik,
sekalipun menyadari keberadaannya masih banyak kekurangan yang di miliki dari
hasil pemaparan makalah ini.
Dengan menggunakan beberapa sumber referensi
buku kami berupaya menyelesaikan makalah
ini, dan juga berusaha mempersembahkan yang terbaik sebagai bagian karya ilmiah
yang terkecil dan sederhana.
Dengan demikian kami sangat
mengharapkan kontribusi dari semua pihak yang pembaca makalah kami, baik
kritik, saran, pendapat, bahkan perubahan-perubahan yang positif berguna bagi
perbaikan makalah ini menjadi persembahan yang terbaik untuk kita semua.
Akhir kata, semoga makalah sederhana
dapat memberikan kita pengetahuan baru guna mengembangkan ilmu dan pengetahuan
kita kedepan terkait dengan Sejara Gereja kita di Indonesia, di lingkungan
perguruan tinggi ini. Semoga Tuhan Yesus menolong kita semua.
Kelompok II
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasakan
paparan materi kami diatas kami menyimpulkan bahwa, kita atau orang Indonesia
mengenal agama Kristen dari para penjajah yang masuk melalui jalur perdagangan.
Sekalipun mereka datang dengan tujuan menguasai jalur perdagangan namun di
samping itu misi Kristen di ajarkan atau di berikan kepada orang – orang
pribumi. Meskipun dalam perjalanannya tidak semulus apa yang diharapkan karena
harus mendapatkan berbagai rintangan, namun hal tersebut tidak mengurangi
semangat para misionaris dalam menjalankan tugas atau misinya. Dengan
menggunakan berbagai metode – metode para misionaris berusaha menjelaskan Injil
bagi orang – orang pribumi. Sekalipun metode yang digunakan tidak dapat
menjamin dapat menghasikan iman Kristen yang teguh namun setidaknya mereka
sudah meletakan dasar atau fondasi iman Kristen dalam diri orang – orang
pribumi. Hasil dari usaha tersebut yang dapat kita rasakan pada saat ini.
2.
Saran
Janganlah
menilai sesuatu dari suatu aspek atau suatu segi saja. tetapi mari kita belajar
menilai sesuatu berdasaan semua hasil dari hal tersebut. Sama seperti para
penjajah, kalau kita hanya melihat dari segi ekonomi dan politik sudah tentu
kita akan merasa marah dan jengkel, tetapi kalau ditijau dari segi agama maka
kita patut berterima kasih kepada mereka karena dari mereka kita dapat mengenal
kekristenan. Semoga makalah kami dapat berguna bagi saudara sekalian.
BAB
I PENDAHULUAN
Profil daerah Sulawesi Utara
Provinsi
Sulawesi Utara beribukota di Manado dengan luas wilayah sebesar 15.376,99 km2,
sekitar 70% dari luas wilayah ini adalah wilayah lautan. Letak geografis
provinsi ini antara 0030’ - 5035’ Lintang Utara dan antara 123070’ - 127000’
Bujur Timur dengan batas-batas wilayah :
Ø
Sebelah Utara :
Laut Sulawesi, Negara Filipina, dan Laut Pasifik
Ø
Sebelah
Timur : Laut Maluku
Ø
Sebelah
Selatan : Teluk Tomini
Ø Sebelah Barat : Provinsi Gorontalo
Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut
sebagai Menado. Motto Sulawesi
Utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat
Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia
hidup untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk
menghidupkan orang lain". Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering kali dikatakan:
"Baku beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling
menambah pintar dengan orang lain".
Propinsi Sulawesi Utara memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan
bervariasi meliputi berbagai sektor seperti pertambangan, pariwisata,
perindustrian, pertanian dan lain-lain. Sektor pertanian yang meliputi
peternakan, perkebunan, tanaman pangan, perikanan menjadi sektor dominan di
Sulawesi Utara sesuai dengan kondisi dimana propinsi ini merupakan daerah
agraris. Dari sektor pertanian dihasilkan kelapa, cengkih, pala, kopi, vanilla.
Dari sub-sektor perikanan dihasilkan tuna, cakalang, kerapu, rumput laut dan
lain-lain, yang sudah diekspor dalam volume besar ke pasar Asia, Eropa, dan Amerika.
Di samping produk sektor pertanian yang diusahakan oleh masyarakat pertanian
Sulawesi Utara juga memiliki sumber daya alam pertambangan dan pariwisata yang
menunggu untuk dikelola oleh para investor.
Makanan khas Sulawesi Utara yang paling populer adalah Tinutuan atau Midal (bubur Manado). Di daerah Minahasa terdapat makanan khas yang
jarang ditemui di daerah lainnya di Indonesia, seperti rintek wuuk (biasa disebut RW)
atau daging anjing, daging ular dan paniki
(daging kelelawar). Makanan khas lainnya seperti woku blanga dan cakalang
fufu sering ditemui di daerah pesisir. Terdapat juga minuman khas dari daerah Manado dan sekitarnya yaitu
"saguer" yaitu sejenis arak atau tuak yang berasal dari pohon enau.
Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap Tikus (minuman beralkohol tinggi
dari proses fermentasi).
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama musik
Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat
dari sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada
yang berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat
musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.
Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah
"warga Kawanua". Walaupun secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga
Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa, "Kawanua" sering diartikan sebagai penduduk negeri atau
"wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa" (Orang
Minahasa). Kata "Kawanua" diyakini berasal dari kata "Wanua". Kata "Wanua"
dalam bahasa Melayu Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman.
Sementara dalam bahasa Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai
negeri atau desa.
Profil daerah Sangir-talaut
Bila ditelusuri dari asal-usul keturunannya atau yang
disebut silsilah, maka nenek moyang penduduk daerah Sangihe Talaud semuanya
berasal dari tempat lain yang datang melalui lautan, lalu menetap di daerah
tersebut, mereka adalah:
1.
Ras Apapuang (yang paling awal), konon ceritanya
berasal dari Bangsa Negrito;
2.
Ras yang berasal dari Saranggani, Mindanao Selatan;
3.
Ras dari daratan Merano, Mondanao Tengah;
4.
Ras dari Kepl. Sulu (sebagian kecil
adalah raksasa);
5.
Ras dari Kedatuan Bowentehu + Manado Tua, dimana
ras ini berasal dari Molibagu (Bolangitam).
Dari kelima ras diatas, hanya ras no. 1 dan no. 5 yang
suka perdamaian, sedang ras no. 2, 3 dan 4 termasuk ras yang gemar berperang.
Namun demikian sesuai keyakinan, mereka enggan memulai tapi bersifat menunggu,
nanti membalas serangan yang datang dari lautan, utamanya musuh bubuyutan dari
bajak-bajak laut dari Kepl. Sulu.
Bahasa Talaud adalah bahasa yang digunakan oleh etnik
Talaud di Sulawesi Utara, yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan
Kabupaten Kepulauan Talaud. Sebagian pula bahasa ini dituturkan di Kabupaten
Minahasa.
Profil daerah NTT
Nusa Tenggara
Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia.
Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor,
Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibukotanya
terletak di Kupang, Timor Barat.Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550
pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor
Barat. Provinsi ini menempati bagian barat pulau Timor. Sementara bagian timur
pulau tersebut adalah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur
yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.
Jumlah penduduk
di provinsi ini adalah 4.683.827 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar
2,07%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.326.487 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 2.357.340 jiwa (2010). Kepadaan penduduk di Nusa Tenggara Timur
sebesar 96 jiwa/km2, dengan proseentasi penduduk yang tinggal di perkotaan
kurang lebih 20%, dan sisanya sebesar 80% mendiami kawasan pedesaan. Sebagian
besar penduduk beragama Kristen dengan rincian persentase kurang lebih sebagai
berikut Katolik 54,14% Protestan 34,74%, Islam 9,05% , Hindu 0,11% Buddha 0,01%
dan sebanyak 1,73% menganut agama dan kepercayaan lainnya.
Sasando adalah
sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote,
Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam
bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon
sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando
ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi. Tradisi
pasola menggabungkan keahlian menunggang kuda dan melempar lembing yang
diadakan untuk menyambut tahun baru dalam kepercayaan Marapu dan panen.
Nyale (atau
disebut Bau Nyale di Lombok) adalah upacara perburuan cacing laut untuk
menyambut Pasola. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan
Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam
ritual dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam
hari sebelum upacara dilakukan.
Beberapa ritual
yang dilakukan biasanya adalah potong ayam dan membuat ketupat. Ini disebabkan
karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan Pasola untuk melihat baik dan
buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam Pasola.
DAFTAR PUSTAKA
http://sitaro.wordpress.com/2010/04/15/asal-usul-penduduk-sangihe-talaud-versi-buku-suendumang/
Komentar
Posting Komentar