SEJARAH GEREJA GPI PAPUA SILOAM ALATEP
KLASIS OKABA
Sekilas tentang
Penemuan Tanah Papua
Alvaro
de Saavedra merupakan orang Spanyol yang pertama yang menginjakan kakinya di
tanah Papua (thn 1528). Kemudian pada tanggal
20 Juni 1545 Ynigo Ortiz de Retes, menacapkan bendera Spanyol disebelah
timur delta sungai Mamberamo pertanda bahwa daerah ini menjadi milik Raja
Spanyol. Memasuki abad ke- 17 berdatangan orang Belanda. Orang Blanda pertama
kali menyusuri pantai barat dan selatan Papua untuk mencari emas adalah Willem
Janz. Selanjutnya Jan Cartenz (1623), Abel Jansz Tasman bersama Francoys Jacobsz
Visscher (1642 dan 1644). Pada tahun 1678 J. Keyts melayari bagian barat Tanah
Papua sampai ke daerah Namatota juga dia menancapkan bendera Belanda di daerah
kokas. Selain itu ada juga orang Inggris James Cook, Thomas Forrest, John Mac
Cluer yang sampai ke tanah Papua.
Pada
tahun 1894 Belanda Mendirikan pos perdagangan di Manokwari.kemudian pada 16 Mei
1895 lewat perjanjian Den Haag menetapkan pembagian Tanah Papua. Bagian timur
dikuasai Inggris, bagian utara dikuasai Jerman, sedangkan bagian Barat dikuasai
Belanda. Pada 8 Oktober 1898 pemerintah Belanda membangun pos pemerintahan
diManokwari, kemudian pada tanggal 1 Desember 1898 dibangun pula di Fakfak. Setelah itu pada tanggal 12 Februari 1902
Belanda membuka pos pemerintahan di Merauke.
Badan-
badan Zending yang menginjil di selatan Papua meroke dan sekitarnya
ü Nederland
Zending Genoskap (NZG)
ü Gereja
Protestan Maluku (GPM),
Pada awal tahun
1970-an, Klasis GPM merauke malakukan penginjilan ke daerah Asmat.
ü Zending
Protestan Maluku (ZPM)
Dibentuk
tahun 1936 di Ambon oleh anggota GPM. Menginjili di daerah selatan Papua, merauke dan Mimika.
Pekabaran
injil di Daerah Selatan (Merauke).
Pada tanggal 30
Maret 1908, Pdt. R.W.F. Kefftembelt datang dari Banda melayani baptisan kudus
pertama (Protestan) untuk 24 orang. Kemudian pada tanggal 2 Juni 1909, baptisan
kedua dilayani oleh Pdt. E.J.B.Jansen, yang dibaptis berjumlah 24 orang.
Setelah itu pada tanggal 16 Juli 1911 Jacob Lodewijk Nanlohy melayani peneguhan
sidi yang pertama sebanyak 15 orang. Batisan
pertama di Okaba dilayani oleh Guru Jemaat D. Pelupessy tanggal 26 Nopember
1916, dan di Muting baptisan pertama kali dilayani oleh Guru Jemaat J.
NikiJuluw, tanggal 12 Oktober 1924. Majelis Pertama di daerah Merauke (tahun
1919) adalah J. Lahalo dan J.L. Tuhepary(sebagai Penatua), B. Silahooy dan O.
Titaley (Diaken).
Gereja Protestan
Indonesia Di Papua Jemaat Siloam Alatep
ketika
kita ingin berbicara mengenai sejarah gereja siloam Alatep maka kita kan
meninjau beberapa fase :
v Fase penginjilan Khatolik
dan Protestan serta terbaginya kampung menjadi 2 yaitu Sanggase dan Alatep
mengenai kampung sanggaseh setelah Negara
belanda angkat kaki dari indonesia kampung ini secara garis administrasi serta
letak geografis pemerintahan masuk dalam daerah kabupaten Meroke dan kecamatan okaba pada saat itu hingga saat
ini, dan di huni oleh dua marga besar
yang secara adat istiadat didalam dua marga besar ini terbagi juga beberapa
marga. semua marga ini tergabung dalam satu suku yakni suku Malin, dan secara
awam kita kenal semua bersaudara. dua Marga besar ini menjelaskan tothemnisme
paham terkait (benda-ataupun tumbuhan, serta hewan yang di beri penghargaan
Khusus secara adat istiadat dan budaya). Berbicara mengenai dua marga besar ini
yakni UHYUB BAWAN (BALAGAISE), yang menjelaskan serta mendemonstrasikan, serta
bagian dari representasi terkait ungas (Burung). Sedangkan GEPSE merupakan
representasi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari (Tumbuhan entah itu wati,
kelapa dan lain sebagainya) dan dari dua marga ini terdapat beberapa Marga yang
termasuk didalamnya.
·
Beberapa Marga-marga
yang berlatarblakang GEBSE yakni :Yawimahe, Kaise, Ndiken, Samkakai, Awabaen,
Dinaulik, Bilukande, dan beberapa marga
lainnya
·
Beberapa marga-marga yang
berlatar belakang UHYUB BAWAN (Balagaise) yakni : Ndiwaen, Mahuse,
Mboen, Aluen, Matiwen, Kinamde, Basik-basik, Yolmen dan beberapa marga lainya.
Kampung
sanggaseh sendiri berdasarkan hak atas dusun-dusun terbagi atas marga-marga
yang disebut diatas, artinya marga-marga ini masing-masing memiliki hak wilayah
sendiri-sendiri yang diwariskan dari tete nenek moyang. Kampung sanggaseh
sendiri pada saat itu terbagi dalam beberapa tempat yakni : Sanggaseh Kampung
Besar, Awilalim (Alate/Sekarang di kenal sebagai Alatep), dan Obol anim.
Menurut
tete Teopilus Ndiwaen, bapak Albertus Metekohy, bapak Acer Ndiwaen, bapak
Marten Pitang, bapak Demianus Kaise secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
; proses penginjilan di daratan okaba penuh dengan dinamika serta lika-liku
baik dari misi penginjilan K. khatolik tapi juga misi penginjilan K.protestan
terkhusunya di kampung sanggaseh dan kampung alatep. Mereka mengatakan Bahwa
pada awalnya kampung Sanggase diperkenalkan oleh misi Penginjilan Dari Pater
(Pastor) Partenten masuk menginjili
sekitar tahun 1900 namun dikarenakan Pembagian wilayah kerja Pekabaran Injil
antara misi Protestan dan misi Katolik, maka ia kemudian melanjutkan perjalanan
ke daerah Mapi. Bertolak dari latarblakang diatas maka kita akan melihat
konteks kehidupan umat pada tahun 1902 tepatnya 12 februari ketika Blanda mendirikan
pos pemerintahan dimerauke pada saat itu kita ketahui bahawa badan zending yang
dibentuk oleh GPM yakni zendeling Protestant maluku yang secara langsung juga
dibiayai oleh badan zending belanda (NZG) sudah menjalankan misinya di daratan
Merauke.dan babtisan pertama yang terjadi di okaba di lakukan oleh Guru
jemaat D.Pelupessy tepatnya tanggal 26
november 1916. Sekitar tahun ini secara keseluruhan okaba sudah dijangkau oleh
agama kristen Protestant, itu artinya kampung sanggase yang pada saat ditinggal
Pastor Partenten juga ikut di injili oleh Misionari-misionari asal maluku.
Kampung Sanggahseh juga menjadi bagian yang juga di injili oleh penginjil
protestant. Lalu kemudian dikarenakan situasi LOSO- situasi wabah penyakit
kolera pada tahun 1918 banyak guru-guru jemaat Protestant ditarik kembali ke
ambon. Terjadi kekosongan lagi dikampung
ini Lalu setelah tahun 1943 dua tahun
sebelum indonesia merdeka salah satu sekolah misionari terkhususnya K. Khatolik
ditual mengirimkan lulusannya kedaratan selatan Papua dan ada yang singgah di
kampung Sanggaseh (namanya sudah tidak di
ketahui menurut mereka) sehingga pada tahun itu juga semua penduduk kampung
sanggahseh beragama Khatolik hingga sekarang.
Disinyalir
bahwasanya ketika terjadi wabah kolera sekitar tahun 1918, wabah ini sangat
berpengaruh sehingga banyak masyarakat yang mengungsi dan keluar dari kampung
besar dan tinggal didusun-dusun milik mereka salah satunya dusun Alate. berbicara
mengenai kristen protestant tidak terlepas dari peran beberapa nama orang yang menjalankan Tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan panggilan Tuhan Berdasarkan hubungan emosional kita akan mengenal
siapa sosok dari : tete Amalo Gebse, dan
tete Moses Ndiwaen.
Tete
Amalo dan Tete Moses memiliki hubungan emosional sebagai ipar disebabkan salah
satu saudara perempuan dari tete Amalo Gepse yakni nene Welmince Gepse kawin
dengan tete Moses ndiwaen, mereka di karuniakan seorang anak laki-laki yang di
berinama Fransiskus Zaferius, dibabtis di Gereja khatolik Sanggaseh. Tete amalo
pada saat itu bertempat tinggal di dusun alate. .
Karna
sudah ada keberadaan penduduk asli didusun Alate sehingga mereka selalu
berinteraksi dan melakukan aktivitas sosial bersama dengan orang Timur. mulailah
terbentuk ketertarikan satu sama lain antara laki-laki dari orang timur dan
perempuan dari Suku asli (Malin). benih-benih kristen protestan dari orang asli
mulai tumbuh kembali ketika lewat kehendak bebas Tuhan untuk menentukan nasip
seseorang maka adik perempuan dari Bapak Amalo Gepse, yang bernama Amelia
Alikeu Gebse, kawin dengan orang Timur yang bernama Bapa Evraim Wakim yang
merupakan salah satu anggota pekerja upahan yang di bawah oleh orang cina dan
di jadikan karyawan. Sehingga terkadang percakapan yang dilakukan antara tete
amalo, tete moses, dan tete Evraim wakim (orang timur tepatnya dari suku Tepa)
merujuk pada Firman tetapi juga proses Penginjilan. sadar akan sejarah dan
proses penginjilan yang terjadi dikampung Sanggaseh yang mana mula-mula di
injili oleh pastor Partenten dan kemudian di injili juga oleh
Misionari-misionari Kristen Protestant Maka, tete Amalo dan tete Moses
mengambil keputusan untuk ikut beribadah di Protestant secara otomatis keluarga
merekapun ikut beribadah disana dan beberapa keluarga yang ada disitu juga ikut
mereka beribadah di Gereja Protestant. Pada saat itu belum ada nama Yang jelas
untuk jemaat Protestant di dusun Alate. Setelah ada perkawinan antara orang
asli dan orang timur didusun Alate lewat beberapa tahun ketika sudah dilihat
mencukupi kuota (jumlah) penduduk untuk membentuk satu kampung maka pada tahun
1932 atas permintaan dan pergerakan penduduk disekitar dusun alate meminta agar
pemerintahan kampung bisa terpisah, artinya dusun alate menjadi kampung
terpisah dari kampung sanggaseh. tokoh yang berkontribusi dalam hal ini ialah
Tete Amalo Gepse, dan Tete Moses Ndiwaen dan juga beberapa masyarakat yang
berada didusun Alate. Setelah terpisah maka tete berdua menyampaikan komitmen
masing-masing bahwasanya tete Amalo Gepse mengurus kampung dari sisi
Pemerintahan Kampung Alatep, dan Tete Moses Ndiwaen mengurus kampung dari sisi
Agama, sehingga tete Moses menjadi tuagama di Gereja.
v Fase Pedagang Cina Dan
Umat Protestant Dalam Hal Ini Pengaruh Orang Timur ( Para Pekerja Yang Berasal
Dari Daerah Flores NTT Juga beberapa orang dari Maluku tenggara jauh Tepatnya
suku Tepa yang tergabung dalam kelompok ini.)
Melihat
fase ini kita akan lihat peran serta Para Pekerja Yang Berasal Dari Daerah
Flores NTT Juga beberapa orang dari Maluku tenggara jauh Tepatnya suku Tepa yang dengan tidak di sengaja menjadi
pekerja upahan (karyawan ) yang dibawa serta
oleh orang cina yang bekerja sebagai pembuat ikan asin pada tahun 1930. penada
ikan asin ini sering disebut Baba Asan. Baba Asan juga memiliki spesifikasi
pekerjaan usaha. mereka lebih kepada mencari burung kuning. Tidak bisa di
pungkiri lewat kehadiran mereka di dusun Alate, kisten protestant mulai hadir didaratan
Alate hingga sekarang kita kenal sebagai jemaat GPI Papua Siloam Alatep, orang
timur dan juga beberapa orang maluku tenggara jauh tepatnya suku tepa yang mana
juga dikategorikan oleh orang malin sebagai orang Timur. mereka meminta tempat
di bagian dusun Alate yang sekarang dikenal sebagai Kam. Alatep, dengan maksud
dan tujuan untuk mendirikan befak guna kelancaran kerja mereka sebagai
penghasil ikan asin. dan perlu di garis bawahi bahwa semua orang timur yang ada
sebagai pengrajin ikan asin ini semua beragama K. Protestant. setelah itu mereka
memberikan permohonan agar didirikan tempat ibadah bagi umat protestant (tempat ibadah inilah yang
melatarblakangi gereja siloam alatep dan tempat ibadah inilah yang juga
melatarblakangi tete moses untuk menjadi Tuagama pertama disitu). dan
pada saat itu dilegalkan oleh para tua-tua adat, tetapi juga petinggi agama
katolik di kampung Sanggaseh. Peran orang-orang ini sangat mempengaruhi perkembangan adat istiadat serta kebiasaan
sehari-hari masyarakat asli di kampung sanggaseh berdasrkan pengamatan, ada
hal-hal yang baik, tetapi juga hal-hal yang negative pun diadopsi oleh
masyarakat pribumi dari mereka, misalnya perubahan cara menganyam ataupun
membuat atap dari daun sagu, hingga membuat minuman beralkohol Minuman lokal
seperti Sageru (MILO).
v Fase ketiga ialah masa dimana
terlibatnya guru-guru injil yang bekerja dan berkarya di okaba tetapi terlebih
kusus di Alatep.
Meninjau
peran serta karya dari guru-guru jemaat dan juga guru-guru injil, yang mana
telah banyak berkontribusi memberikan Pemahaman terkait Tuhan Yang maha Kuasa
Yakni Yesus Kristus sebagai Juru selamat Umat manusia, kepada seluruh umat yang
masih belum mengenal akan terang kemuliaan serta injil pada tahun-tahun dalam masa penginjilan sekitar 1940-1980an,
sangat-sangat mengesankan. Artinya perlu diberikan apresiasi (penghargaan)
kusus kepada mereka. Adapun nama-nama guru jemaat serta guru-guru injil yang
berkarya di daerah terlebih Kusus kampung Alatep sebagai berikut :
1. Menurut
beberapa nara sumber diatas terutama tete Teopilus Ndiwaen umur 77 tahun. maka
yang pertama menetap di Alatep ialah guru jemaat yang bernama bapak Abraham untuk gelar serta nama belakang
tidak di ketahui sebab pengaruh faktor usia. Guru jemaat Abraham ini yang
menetap serta mengajarkan, melayani dan juga memberikan pemahaman Alkitabiah di
jemaat mula-mula yang masi tergabung antara orang – orang timur tetapi juga
orang pribumi asli yang menetap di kampung Alatep, menurut tete teopilus
Ndiwaen mereka tidak pernah bertemu akan guru jemaat ini (melihat mukanya)
hanya mendengar cerita dari orang tuanya yakni Tete Moses Ndiwaen..
2. Setelah
itu masuklah guru jemaat asal maluku tepatnya ambon Bapak Mustamu yang
mana juga ikut berkontribusi memberikan pemahaman melayani dan terkait pecahnya
kampung sanggaseh menjadi 2 yaitu menjadi kampung Alatep. Sekitar tahun1930
masih di bawah pelayanan bapak Mustamu.
3. Barulah
sekitar 1940an guru jemaat bapak Tapiori masuk dan melayani di kampung
Alatep ia juga turut berkontribusi membangun rumah- rumah warga di kampung
alatep ini.
4. Setelah
itu pada tahun 1945 setelah kemerdekaan indonesia barulah kehadiran bapak
Risamasu sebagai guru injil dikampung ini yang mana tempat ibadah sekaligus
di jadikan sekolah, sehingga proses pengajaran firman Tuhan pada hari minggu
dan senin –saptu sebagai tempat belajar berhitung membaca dan lain sebagainya.
5. Setelah
itu pada tahun 1948-1952 guru injil bapak Patsoa masukdan menetap di kampung
ini tugasnya menatapelayanan dan memberikan pengajaran.
6. Lalu
kemudian pada tahun 1953-1955 guru injil bapak manuputi dengan Tugas
yang sama seperti guru-guru injil lainya.
7. Pada
tahun 1955-1957 guru injil bapak Ufnia datang dan menetap di alatep masi
dengan misi melayani dan mengajar.
8. Pada
tahun 1957-1960 Guru injil bapak Guru injil bapak Batku Rumbawa menetap
di kampung Alatep.
9. Pada
tahun 1962-1970 Pdt. bapak Saulata tiba dikampung Alatep tetapi hanya
melayani setelah itu balik ke okaba karena beliau tugas disana.
10. Begitu
pula dengan Bapak pdt. S Wajeri 1975 ditugaskan di Okaba namun sering melakukan
pelayanan di Kampung Alatep.
11. Setelah
itu pada tahun 1970-1977 guru injil bapak Termei tiba di kampung
Alatep
12. Pada
tahun1978-1984 Guru injil bapak Pailobo beserta rekan-rekan yang
mengapdi di dataran Okaba seperti bapak Guru Sumbung dan lain-lainnya.
13. Setelah
itu bapak guru Stefanus Iba asal fakfak tinggal dan melayani di Alatep sekitar
tahun 1985-1992, bersama-sama dengan bapak guru Abraham Hukubun, dan pada saat
itu jemaat betesda okaba di bawah pimpinan Pdt. Matulesi yang juga terkadang
melayani di kampung Alatep juga. Dan pada saat itu semua guru-guru injil sejak
tahun 1960-1989 dibawah kordinator bapak Salima yang melayani dan mengajar di
Okaba. Barulah pada tahun 1990-1997 bapak pdt. N Renleuw di tugaskan di jemaat Betesda
okaba, tetapi juga sering melakukan
pelayanan di kampung Alatep.
v fase yang ke empat ialah fase dimana GPI
Papua berkarya. Dan sejak itu mulai ada penetapan pendeta (para pelayan tetap)
dalam hal ini ketua majelis jemaat dan penghentar jemaat bahkan vikaris yang
ditempatkan di jemaat siloam alatep.
Beberapa
nama pendeta yang pertama di tugaskan di kampung alatep yang menetap sebagai
ketua majelis jemaat dan penghetar jemaat di jemaat Siloam Alatep. serta
jejaring para pelayan entah itu vicaris dan lain sebagainya yang menetap dan
melayani di kampung Alatep.
1. Vicaris.
Johanes Tomas Proim, 2001
2. Pdt.
Johan Raya 2003
3. Pdt.
Martha kakisina 2008
4. Pdt.
Yapno Hong, STh 2012
5. Pdt.
Ino Gaspers, STh 2015
6. Vicaris.
Victor Furima, STh 2016
Komentar
Posting Komentar