- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sejarah Gereja GPI Papua
Jemaat Pniel Kapaurtutin
Sejarah Gereja GPI Papua Jemaat Pniel Kapaurtutin Terbagi
menjadi beberapa Masa. Priode
Yang pertama ialah Masa Penginjilan di Kapaur sejak Tahun 1898 ; Priode Yang ke dua Karya
Pelayanan Molukse Protestan Kerk (MPK)
yang kemudian berubah menjadi GPM ; Priode Ke Tiga Karya Pelayanan GPI Papua.
Berbicara mengenai sejarah Penginjilan maka secara
historis, kita tidak terlepas dari sejarah gereja secara umum dan secara khusus
Gereja protestan hasil reformasi Gereja oleh Marthen Luther dan kawan-kawannya.
Sementara kalau kita berbicara menyangkut sejarah GPI Papua, maka kita juga
tidak dapat terlepas dari sejarah penginjilan dari masa perdagangan VOC sampai
berdirinya Indiche Kerk (PGI), selanjutnya masa Molukse Protestan Kerk (MPK)
yang kemudian berubah menjadi GPM dan pada akhirnya melahirkan lembaga baru
yaitu GPI Irja yang sekarang menjadi GPI papua. Ini merupakan cerita sejarah
penginjilan gereja yang panjang dari periode ke periode dengan berbagai
tantangan yang di hadapi para penginjil maupun lembaga gereja.
Bermula
dari Abad ke 16, orang-orang Eropa terutama orang-orang Portugis dan Spanyol
yang melakukan pelayaran ke Maluku untuk mencari rempah-rempah (Cengkeh dan
Pala) dan dalam perjalanan itu mereka dihalangi oleh keadaan cuaca yang buruk
memaksakan mereka untuk singgah didaerah Papua. pada abad ke 17, datang pulah
orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan dengan tujuan yang sama, di bawa
naungan sebuah kongsi dagang yang didirikan pada tahun 1602, yaitu Oost Indische Companigne (VOC). Dalam
perjalanan itu, seorang Belanda yang bernama Willem Janz melakukan penyusuran
di pantai selatan Papua pada tahun 1606 dengan kapal Duyvo untuk mencari logam
mulia (emas). VOC kemudian mengutus orang-orangnya untuk menyelidiki daerah
Papua, yaitu Jan Cartonz (1623), Abel Janzs Tasman bersama Francoys Jacobs
Visscher (1624 dan 1644), Joanes Keyts yang akhirnya berhasil menemukan daerah
Kaimana (1678).
Dalam
melakukan misi dagang, maka orang-orang Eropa ini juga mulai memperkenalkan
Injil kepada masyarakat Papua (termasuk masyarakat Kapaur) melalui badan-badan
Zending, antara lain; Nederlands Zendeling Genoostchap (NZG), Utrechtse Zendeling Vereniging (UZV), Indische Kerk, Perkumpulan PI Sebiji Sesawi dan Ora Et Labora, Gereja
Protestan Maluku dan Zending
Protestan Maluku (ZPM)[1]
B.1.1.
Priode
Yang pertama ialah Masa Penginjilan di Kapaur sejak Tahun 1898
Sesuai
dengan data sejarah GPI Papua, pada
tahun 1898 Pemerintah Belanda membuka Pos Pemerintahannya di Kapaur. Istilah Kapaur.
yang biasanya juga disebut Jazirah onim, Yang sekarang
berkembang menjadi Fakfak
kokas, atau Onin Kapaur. Negeri ini
terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja seperti :
Ati-Ati, Wertuar, Fatagar,
Sekar, Pik-Pik, Patipi, Rumbati, dan Arguni. Kalau dari keterangan penutur sejarah Fakfak, maka ada kemungkinan bahwa
yang menjadi raja di daerah Kapaur ini adalah orang-orang yang di tunjuk dari
kesultanan Ternate, yang berkuasa menguasai perdagangan sebelum masuknya
pepemerintahan belanda dengan kongsi dagangnya. Daerah
kapaur disukai oleh para pedagang karena adanya hasil-hasil hutan yaitu pala. Bertahun-tahun sebelum
adanya pusat Pemerintahan para pedagang, lebih dahulu telah datang kedaerah
ini; seperti pedagang-pedagang orang Seram, Groom, Bugis, Makasar, Arab, dan
Cina.
Sampai dengan tahun 1898, ketika pemerintah belanda
membuka pos pemerintahannya maka berdatangan juga
pegawai-pegawai pemerintahan, anggota-anggota polisi, yang kemudian hari mulai
terbentuk sebuah persekutuan beribadah di Kapaur
sekaligus menjadi embrio dari jemaat Protestan di Fakfak.
Pada
tahun 1905 Indiesche Kerk (IK) mengutus seorang pendeta untuk melayani jemaat
mula-mula di Fakfak membentuk suatu persekutuan Jemaat. Namun pada tahun 1906,
Pos Pemerintahan Belanda diserbu oleh orang-orang pribumi. Tahun 1912, penginjil A. Pasalbessy tiba
dikampung Air besar dan melayani baptisan pertama didaerah Fakfak. Baptisan
yang pertama ini dilakukan kepada ibu Hana Horik dikampung Air Besar pada
tanggal 31 Oktober 1912. Tahun ini juga
merupakan tahun yang penting karena menandakan dimulainya penginjilan secara
intensife di Nieuw Guinea bagian barat, terutama berhubungan dengan keluarnya
ketetapan dari Gubernur Jendral Hindia Belanda tentang garis batas yang
memisahkan daerah kerja Zending dan Misi Katolik. Daerah kerja Zending ada pada
bagian barat dan kerja misi di bagian selatan.
Penginjil
A Pasalbessy kemudian digantikan oleh Guru Jemaat Latumahina dan pada saat itu
rumah Gereja dibangun di Fakfak tepatnya di
kampung Air Besar. Pada tahun 1912 juga Utrchtse
Zendings Vereniging (UZV) membuka pos Penginjilannya di Fakfak dan melayani di daerah Kapaur. UZV
mengutus pendeta penginjil Van Mujlwik
untuk melayani di daerah
Kapaur. Pada tahun 1913, Van Mujlwik
meninggalkan tempat kerja karena sakit dan kembali ke Belanda. Pdt. Pi Van Mujlwik digantikan oleh Pdt.
Pi. A. Bout (1913-1919).
Pada
tahun 1919 Pdt. Pi Van Mujlwik
kembali ke Fakfak dan melanjutkan pelayanannya di Kapaur sampai dengan tahun
1922. Kemudian digantikan lagi dengan Pdt. Pi. F. Slump sampai saat itu jemaat
Protestan Fakfak dilayani oleh Pendeta (Inlands Leerar) yang diutus oleh IK. Pada
tahun 1923, Pdt. Pi. F. Slump membaptis beberapa pemuda yang berasal dari
beberapa kampung disekitar Fakfak yang kemudian tinggal dan bekerja dengan dia.
Pada
tahun 1925, IK dan UZV sepakat untuk menyerahkan wilayah pelayanan IK di daerah Fakfak dan
Kaimana kepada UZV untuk dilayani oleh UZV. Sehingga Jemaat Protestan Fakfak
dilayani oleh UZV. Terhitung dari tanggal 01 Januari 1926 Jemaat Protestan
Fakfak dilayani oleh Pdt. Pi. F. Slump dari
UZV. Pada tahun ini juga dibentuk panitia
pembangunan gedung sekolah dan gereja.
Pada
tahun 1927, Gedung gereja tidak dapat dibangun karena permohonan izin lokasi
pembangunan ditolak oleh Residen di Ternate. Pada tahun 1929, dilakukan
Konperensi UZV di Kokas, yang memutuskan untuk mengembalikan pelayanan UZV
diwilayah Fakfak dan Kaimana kepada IK. Kemudian datang dari Ambon Ds. Van
Osstrom Soede (IK) mengunjungi jemaat-jemaat
di Kapaur. Sehingga
Pada tahun 1930, guru-guru dan Guru Jemaat mulai
diutus oleh Indiche Kerk berdatangan ke Papua
termasuk ke Kapaur.
Sehingga pada saat itu Jemaat protestan Kapaur
dilayani oleh Guru Jemaat Tanamal.[2]
B.1.2. Priode Karya Pelayanan Molukse Protestan Kerk (MPK) yang kemudian
berubah menjadi GPM [3]
Sekitar tahun 1931, masuklah penginjil yang pertama yakni
penginjil Tanamal. Awalnya penginjil Tanamal masuk di kampung Tanama
(Kampung muslim).
Penginjil Tanama diterima oleh keluarga bapak Pieter Weripi (Nama muslim tidak diketahui)
Awalnya bapak Pieter Weripih beragama
muslim tetapi setelah menerima penginjilan sering berdoa bersama dengan Penginjil Tanamal maka keluarga bapak
Pieter Weripih dan seorang anggota keluarganya yang lain yang bernama bapak Manis Weripi
dibaptis oleh
Penginjil Tanamal. Bapak Manis Weripih kemudian diberi
nama Moses Weripih. Setelah pembaptisan ini, di kampung Tanama tidak ada orang yang masuk Kristen, karena
seluruh penduduk
kampung Tanama telah memeluk agama Islam. Moses
Weripih dan Piter Weripih kemudian mengajak
penginjil Tanamal untuk pindah ke kampung Kapaurtutin yang saat itu belum beragama. Penginjilan
di kampung Kapaurtutin berjalan dengan baik, beberapa waktu
kemudian penginjil Tanamal bersama warga kampung Kapaurtutin mendirikan sebuah sekolah darurat dengan menggunakan bahan bangunan yang alami yakni dari bahan bambu dan
beratap daun
rumbia (daun pohon sagu)
Ditengah-tengah bangunan sekolah itu
dibuat sebuah mimbar atau altar dengan tujuan selain dipakai untuk mengajar
juga dipakai pada setiap hari Minggu untuk
beribadah.
Sekitar
tahun 1938 penginjil Tanamal
digantikan oleh penginjil M. Watimena. Sekitar
tahun 1938
- 1942 masuklah penginjil penginjil D. Patiata menggantikan penginjil M. Watimena. Pergantian
beberapa guru jemaat/ penginjil di Kapaurtutin, sekolah sekaligus tempat ibadah masih tetap menggunakan bangunan
darurat yang dibangun oleh penginjil Tanamal. Titik
perubahan mulai terlihat saat masuknya penginjil atau guru jemaat bapak E.
Salakay sekitar tahun 1945. Kurang lebih satu tahun yaitu sekitar tahun
1947-1948 bapak
penginjil E. Salakay bersama umat di kampung Kapaurtutin membangun talut (tembok batu) untuk membangun gereja ( gereja yang
lama yang sekarang ini telah menjadi gedung serba guna). Pekerjaan talut sempat
berhenti selama dua tahun. Tahun 1950, penginjil atau guru jemaat bapak A.
Salakay digantikan bapak A. Poceratu. Penginjil bapak A.
Poceratu melanjutkan pembangunan talut sampai peletakan batu pertama dan dilanjutkan
dengan pembagunan gedung gereja selama kurang lebih dua tahun
yakni sekitar tahun 1954-1956.
Pertengahan tahun 1957 penginjil atau guru jemaat bapak A.
Poceratu digantikan oleh penginjil atau guru jemaat bapak B.
Laurika. Proses pembangunan ini dilanjutkan
oleh penginjil bapak B. Laurika sampai
pengresmian pada tanggal 10 Oktober 1959. Tepat pada pengresmian gereja inilah
disepakati bahwa nama jemaat adalah Jemaat Pniel
Kapaurtutin sampai sekarang. Setelah
pengresmian, kembali penginjil Y. Toisuta menggantikan penginjil atau guru
jemaat B. Laurika yakni sejak tahun 1965 hingga 1971.
Pada tahun 1971 hingga 1976 penginjil atau guru
jemaat bapak
A. Muskita menggantikan penginjil atau guru jemaat bapak Y.
Toisuta. Sejak
tahun 1976 hingga 1981
pendeta atau guru jemaat bapak J. Kabes
masuk dan menggantikan penginjil atau guru jemaat bapak A.
Muskita. Setelah GPI Irja Melembaga Pada tahun 1985 pendeta atau guru jemaat bapak J.
Kabes terpilih menjadi ketua sinode maka Kemudian Pdt H. Ferdinandus masuk dan
menggantikan pendeta atau guru jemaat bapak Pdt. J. Kabes
dari tahun 1981 hingga 1986.
B.1.3. Priode Ke Tiga Karya Pelayanan GPI Papua
Selanjutnya Pdt H. Ferdinandus digantikan oleh Pdt. M. Siaila tahun (1986-1987). Tahun 1988 hingga tahun 1989 bapak Pdt
M. Sahulata memimpin Jemaat Pniel Kapaurtutin. Selanjutnya
pada tahun1989
hingga tahun 1992, Pdt M. Tatipikalawan
menggantikan Pdt M. Sahulata. Pergantian demi
pergantian, baik penginjil atau guru jemaat sampai beberapa pendeta masih tetap
menggunakan gedung gereja yang diresmikan oleh penginjil atau guru jemaat bapak B.
Laurika. Pada tahun 1992-2001 Pdt M. Sawi masuk menggantikan Pdt M.
Tatipikalawan.
Pada era Pdt M. Sawi inilah pembangunan fondasi gedung gereja
yang baru. Pada tahun 2001 hingga tahun 2009 Pdt
J. W. Manuhutu masuk menggantikan Pdt M. Sawi sebagai Ketua Majelis Jemaat dan sekaligus melakukan proses
pembangunan gedung
gereja baru sampai pengresmian gedung gereja (Gereja Pniel yang baru) pada tanggal 21 September 2006. Pada bulan November tahun 2009 Pdt E. L. Soumokil menggantikan Pdt Manuhutu sebagai Ketua Majelis Jemaat, pada kepemimpinan Pdt E. L. Soumokil, dibangun gedung gereja Getsemani
yang kemudian pada tanggal 21 September 2011 sebagai Gereja Getsemani, terletak
di unit/sektor pelayanan Getsemai Jemaat GPI Papua Pniel Kapaurtutin. Pada bulan Mei 2012 Pdt E. L. Soumokil digantikan oleh Pdt M. M.
Tahitu. Dan
pada tahun 2013 tepatnya pada tanggal 6 Oktober 2013 Pdt Z.C. Rotasouw menggantikan Pdt M.M. Tahitu sebagai Ketua Majelis Jemaat GPI Papua
Pniel Kapaurtutin. Kini saat laporan ini ditulis yang menjadi Pendeta di Jemaat
GPI Papua Pniel Kapaurtutin adalah Pdt. Z. C. Rotasouw (sebagai Ketua Majelis
Jemaat ) dan penulis sendiri sebagai vikaris tahun kedua di jemaat ini (vikaris
Victoria Th Furima STh.
[1] J. M. Felubun, Sejarah Gereja
Indonesia di Papua, Fakfak: BPS GPI Papua, 2006, hal. 1-7; 10-11
[2] Pdt. Dr..J.M.Felubun Sejarah Kapaur
[3]
Laporan vikaris
mada samangunWawancara penulis dengan Bpk. Lukas Ginuni, tokoh
Gereja Jemaat Pniel Kapaurtutin (Ketua Tim Kerja Penulisan Sejarah Jemaat Pniel
Kapaurtutin)
Selasa 20 Juni 2017.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar