SIAPA SIH PENDETA VICTOR TH FURIMA (OUTOBIOGRAFI)

Sejarah Gereja GPI Papua Jemaat Pniel Kapaurtutin


Sejarah Gereja GPI Papua Jemaat Pniel Kapaurtutin

Sejarah Gereja GPI Papua Jemaat Pniel Kapaurtutin Terbagi menjadi beberapa Masa. Priode Yang pertama ialah Masa Penginjilan di Kapaur sejak Tahun 1898 ; Priode Yang ke dua Karya Pelayanan  Molukse Protestan Kerk (MPK) yang kemudian berubah menjadi GPM ; Priode Ke Tiga Karya Pelayanan GPI Papua.

Berbicara mengenai sejarah Penginjilan maka secara historis, kita tidak terlepas dari sejarah gereja secara umum dan secara khusus Gereja protestan hasil reformasi Gereja oleh Marthen Luther dan kawan-kawannya. Sementara kalau kita berbicara menyangkut sejarah GPI Papua, maka kita juga tidak dapat terlepas dari sejarah penginjilan dari masa perdagangan VOC sampai berdirinya Indiche Kerk (PGI), selanjutnya masa Molukse Protestan Kerk (MPK) yang kemudian berubah menjadi GPM dan pada akhirnya melahirkan lembaga baru yaitu GPI Irja yang sekarang menjadi GPI papua. Ini merupakan cerita sejarah penginjilan gereja yang panjang dari periode ke periode dengan berbagai tantangan yang di hadapi para penginjil maupun lembaga gereja.

Bermula dari Abad ke 16, orang-orang Eropa terutama orang-orang Portugis dan Spanyol yang melakukan pelayaran ke Maluku untuk mencari rempah-rempah (Cengkeh dan Pala) dan dalam perjalanan itu mereka dihalangi oleh keadaan cuaca yang buruk memaksakan mereka untuk singgah didaerah Papua. pada abad ke 17, datang pulah orang-orang Belanda yang melakukan perjalanan dengan tujuan yang sama, di bawa naungan sebuah kongsi dagang yang didirikan pada tahun 1602, yaitu Oost Indische Companigne (VOC). Dalam perjalanan itu, seorang Belanda yang bernama Willem Janz melakukan penyusuran di pantai selatan Papua pada tahun 1606 dengan kapal Duyvo untuk mencari logam mulia (emas). VOC kemudian mengutus orang-orangnya untuk menyelidiki daerah Papua, yaitu Jan Cartonz (1623), Abel Janzs Tasman bersama Francoys Jacobs Visscher (1624 dan 1644), Joanes Keyts yang akhirnya berhasil menemukan daerah Kaimana (1678).

Dalam melakukan misi dagang, maka orang-orang Eropa ini juga mulai memperkenalkan Injil kepada masyarakat Papua (termasuk masyarakat Kapaur) melalui badan-badan Zending, antara lain;  Nederlands Zendeling Genoostchap (NZG), Utrechtse Zendeling Vereniging (UZV), Indische Kerk, Perkumpulan PI Sebiji Sesawi dan Ora Et Labora, Gereja Protestan Maluku dan Zending Protestan Maluku (ZPM)[1]
B.1.1. Priode Yang pertama ialah Masa Penginjilan di Kapaur sejak Tahun 1898
Sesuai dengan data sejarah GPI Papua, pada tahun 1898 Pemerintah Belanda membuka Pos Pemerintahannya di Kapaur. Istilah Kapaur. yang biasanya juga disebut Jazirah onim, Yang sekarang berkembang menjadi Fakfak kokas, atau Onin Kapaur.  Negeri ini terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja seperti : Ati-Ati, Wertuar, Fatagar, Sekar, Pik-Pik, Patipi, Rumbati, dan Arguni. Kalau dari keterangan penutur sejarah Fakfak, maka ada kemungkinan bahwa yang menjadi raja di daerah Kapaur ini adalah orang-orang yang di tunjuk dari kesultanan Ternate, yang berkuasa menguasai perdagangan sebelum masuknya pepemerintahan belanda dengan kongsi dagangnya. Daerah kapaur disukai oleh para pedagang karena adanya hasil-hasil hutan yaitu pala. Bertahun-tahun sebelum adanya pusat Pemerintahan para pedagang, lebih dahulu telah datang kedaerah ini; seperti pedagang-pedagang orang Seram, Groom, Bugis, Makasar, Arab, dan Cina.

Sampai dengan tahun 1898, ketika pemerintah belanda membuka pos pemerintahannya maka berdatangan juga pegawai-pegawai pemerintahan, anggota-anggota polisi, yang kemudian hari mulai terbentuk sebuah persekutuan beribadah di Kapaur sekaligus menjadi embrio dari jemaat Protestan di Fakfak.

Pada tahun 1905 Indiesche Kerk (IK) mengutus seorang pendeta untuk melayani jemaat mula-mula di Fakfak membentuk suatu persekutuan Jemaat. Namun pada tahun 1906, Pos Pemerintahan Belanda diserbu oleh orang-orang pribumi.  Tahun 1912, penginjil A. Pasalbessy tiba dikampung Air besar dan melayani baptisan pertama didaerah Fakfak. Baptisan yang pertama ini dilakukan kepada ibu Hana Horik dikampung Air Besar pada tanggal 31 Oktober 1912. Tahun ini juga  merupakan tahun yang penting karena menandakan dimulainya penginjilan secara intensife di Nieuw Guinea bagian barat, terutama berhubungan dengan keluarnya ketetapan dari Gubernur Jendral Hindia Belanda tentang garis batas yang memisahkan daerah kerja Zending dan Misi Katolik. Daerah kerja Zending ada pada bagian barat dan kerja misi di bagian selatan.

Penginjil A Pasalbessy kemudian digantikan oleh Guru Jemaat Latumahina dan pada saat itu rumah Gereja dibangun di Fakfak tepatnya di kampung Air Besar. Pada tahun 1912 juga Utrchtse Zendings Vereniging (UZV) membuka pos Penginjilannya di Fakfak dan melayani di daerah Kapaur. UZV mengutus pendeta penginjil Van Mujlwik untuk melayani di daerah Kapaur. Pada tahun 1913, Van Mujlwik meninggalkan tempat kerja karena sakit dan kembali ke Belanda. Pdt. Pi Van Mujlwik digantikan oleh Pdt. Pi. A. Bout (1913-1919).

Pada tahun 1919 Pdt. Pi Van Mujlwik kembali ke Fakfak dan melanjutkan pelayanannya di Kapaur sampai dengan tahun 1922. Kemudian digantikan lagi dengan Pdt. Pi. F. Slump sampai saat itu jemaat Protestan Fakfak dilayani oleh Pendeta (Inlands Leerar) yang diutus oleh IK. Pada tahun 1923, Pdt. Pi. F. Slump membaptis beberapa pemuda yang berasal dari beberapa kampung disekitar Fakfak yang kemudian tinggal dan bekerja dengan dia.

Pada tahun 1925, IK dan UZV sepakat untuk menyerahkan  wilayah pelayanan IK di daerah Fakfak dan Kaimana kepada UZV untuk dilayani oleh UZV. Sehingga Jemaat Protestan Fakfak dilayani oleh UZV. Terhitung dari tanggal 01 Januari 1926 Jemaat Protestan Fakfak dilayani oleh Pdt. Pi. F. Slump dari UZV. Pada tahun ini juga dibentuk panitia pembangunan gedung sekolah dan gereja.

Pada tahun 1927, Gedung gereja tidak dapat dibangun karena permohonan izin lokasi pembangunan ditolak oleh Residen di Ternate. Pada tahun 1929, dilakukan Konperensi UZV di Kokas, yang memutuskan untuk mengembalikan pelayanan UZV diwilayah Fakfak dan Kaimana kepada IK. Kemudian datang dari Ambon Ds. Van Osstrom Soede (IK) mengunjungi jemaat-jemaat di Kapaur. Sehingga Pada tahun 1930, guru-guru dan Guru Jemaat mulai diutus oleh Indiche Kerk berdatangan ke Papua termasuk ke Kapaur. Sehingga pada saat itu Jemaat protestan Kapaur dilayani oleh Guru Jemaat Tanamal.[2]
B.1.2. Priode Karya Pelayanan  Molukse Protestan Kerk (MPK) yang kemudian berubah menjadi GPM [3]

Sekitar tahun 1931, masuklah penginjil yang pertama yakni penginjil Tanamal. Awalnya penginjil Tanamal masuk di kampung Tanama (Kampung muslim). Penginjil Tanama diterima oleh keluarga bapak Pieter Weripi (Nama muslim tidak diketahui)

Awalnya bapak Pieter Weripih beragama muslim tetapi setelah menerima penginjilan sering berdoa bersama dengan Penginjil Tanamal maka keluarga bapak Pieter Weripih dan seorang anggota keluarganya yang lain yang bernama bapak Manis Weripi dibaptis oleh Penginjil Tanamal. Bapak Manis Weripih kemudian diberi nama Moses Weripih. Setelah pembaptisan ini, di kampung Tanama tidak ada orang yang masuk Kristen, karena seluruh penduduk kampung Tanama telah memeluk agama Islam. Moses Weripih dan Piter Weripih kemudian mengajak penginjil Tanamal untuk pindah ke kampung Kapaurtutin yang saat itu belum beragama. Penginjilan di kampung Kapaurtutin berjalan dengan baik, beberapa waktu kemudian penginjil Tanamal bersama warga kampung Kapaurtutin mendirikan sebuah sekolah darurat dengan menggunakan bahan bangunan yang alami yakni dari bahan bambu dan beratap daun rumbia (daun pohon sagu)

Ditengah-tengah bangunan sekolah itu dibuat sebuah mimbar atau altar dengan tujuan selain dipakai untuk mengajar juga dipakai pada setiap hari Minggu untuk beribadah.

           Sekitar tahun 1938 penginjil Tanamal digantikan oleh penginjil M. Watimena. Sekitar tahun 1938 - 1942 masuklah penginjil penginjil D. Patiata menggantikan penginjil M. Watimena. Pergantian beberapa guru jemaat/ penginjil di Kapaurtutin, sekolah sekaligus tempat ibadah masih tetap menggunakan bangunan darurat yang dibangun oleh penginjil Tanamal. Titik perubahan mulai terlihat saat masuknya penginjil atau guru jemaat bapak E. Salakay sekitar tahun 1945. Kurang lebih satu tahun yaitu sekitar tahun 1947-1948 bapak penginjil E. Salakay bersama umat di kampung Kapaurtutin membangun talut (tembok batu) untuk membangun gereja ( gereja yang lama yang sekarang ini telah menjadi gedung serba guna). Pekerjaan talut sempat berhenti selama dua tahun. Tahun 1950, penginjil atau guru jemaat bapak A. Salakay digantikan bapak A. Poceratu. Penginjil bapak A. Poceratu melanjutkan pembangunan talut sampai peletakan batu pertama dan dilanjutkan dengan pembagunan gedung gereja selama kurang lebih dua tahun yakni sekitar tahun 1954-1956. Pertengahan tahun 1957 penginjil atau guru jemaat bapak A. Poceratu digantikan oleh penginjil atau guru jemaat bapak B. Laurika. Proses pembangunan ini dilanjutkan  oleh penginjil bapak B. Laurika sampai pengresmian pada tanggal 10 Oktober 1959. Tepat pada pengresmian gereja inilah disepakati bahwa nama jemaat adalah Jemaat Pniel Kapaurtutin sampai sekarang. Setelah pengresmian, kembali penginjil Y. Toisuta menggantikan penginjil atau guru jemaat B. Laurika yakni sejak tahun 1965 hingga 1971. Pada tahun 1971 hingga 1976 penginjil atau guru jemaat bapak A. Muskita menggantikan penginjil atau guru jemaat bapak Y. Toisuta. Sejak tahun 1976 hingga 1981 pendeta atau guru jemaat bapak J. Kabes masuk dan menggantikan penginjil atau guru jemaat bapak A. Muskita. Setelah GPI Irja Melembaga Pada tahun 1985 pendeta atau guru jemaat bapak J. Kabes terpilih menjadi ketua sinode maka Kemudian Pdt H. Ferdinandus masuk dan menggantikan pendeta atau guru jemaat bapak Pdt. J. Kabes dari tahun 1981 hingga 1986.

B.1.3. Priode Ke Tiga Karya Pelayanan GPI Papua
Selanjutnya Pdt H. Ferdinandus digantikan oleh Pdt. M. Siaila tahun (1986-1987). Tahun 1988 hingga tahun 1989 bapak Pdt M. Sahulata memimpin Jemaat Pniel Kapaurtutin. Selanjutnya pada tahun1989 hingga tahun 1992, Pdt M. Tatipikalawan menggantikan Pdt M. Sahulata. Pergantian demi pergantian, baik penginjil atau guru jemaat sampai beberapa pendeta masih tetap menggunakan gedung gereja yang diresmikan oleh penginjil atau guru jemaat bapak B. Laurika. Pada tahun 1992-2001 Pdt M. Sawi masuk menggantikan Pdt M. Tatipikalawan.

Pada era Pdt M. Sawi inilah pembangunan fondasi gedung gereja yang baru. Pada tahun 2001 hingga tahun 2009 Pdt J. W. Manuhutu masuk menggantikan Pdt M. Sawi sebagai Ketua Majelis Jemaat dan sekaligus melakukan proses pembangunan gedung gereja baru sampai pengresmian gedung gereja (Gereja Pniel yang baru) pada tanggal 21 September 2006. Pada bulan November tahun 2009 Pdt E. L. Soumokil menggantikan Pdt Manuhutu sebagai Ketua Majelis Jemaat, pada kepemimpinan Pdt E. L. Soumokil,  dibangun gedung gereja Getsemani yang kemudian pada tanggal 21 September 2011 sebagai Gereja Getsemani, terletak di unit/sektor pelayanan Getsemai Jemaat GPI Papua Pniel Kapaurtutin. Pada bulan Mei 2012 Pdt E. L. Soumokil digantikan oleh Pdt M. M. Tahitu. Dan pada tahun 2013 tepatnya pada tanggal 6 Oktober 2013 Pdt Z.C. Rotasouw menggantikan Pdt M.M. Tahitu sebagai Ketua Majelis Jemaat GPI Papua Pniel Kapaurtutin. Kini saat laporan ini ditulis yang menjadi Pendeta di Jemaat GPI Papua Pniel Kapaurtutin adalah Pdt. Z. C. Rotasouw (sebagai Ketua Majelis Jemaat ) dan penulis sendiri sebagai vikaris tahun kedua di jemaat ini (vikaris Victoria Th Furima STh.




[1] J. M. Felubun, Sejarah Gereja Indonesia di Papua, Fakfak: BPS GPI Papua, 2006, hal. 1-7; 10-11
[2] Pdt. Dr..J.M.Felubun Sejarah Kapaur
[3] Laporan vikaris mada samangunWawancara penulis dengan Bpk. Lukas Ginuni, tokoh Gereja Jemaat Pniel Kapaurtutin (Ketua Tim Kerja Penulisan Sejarah Jemaat Pniel Kapaurtutin)
 Selasa 20 Juni 2017.
 

Komentar