SIAPA SIH PENDETA VICTOR TH FURIMA (OUTOBIOGRAFI)

"SUDAH TERLAMBAT KAH GEREJA MENYIAPKAN UMAT-NYA".pRm.VF

BELUM TERLAMBAT UNTUK KATAKAN GEREJA GAGAL MENYIAPKAN UMAT-NYA DALAM MENGHADAPI KEMAJEMUKAN DAN KEMAJUAN KEBIJAKAN PUBLIK. pRm. VF

Gambar 1

Pendahuluan
Puji Syukur Kepada Tuhan Yesus Kristus Tulisan ini akhirnya Bisa rampung. Berawal dari Sebuah Pra-Kondisi dimana situasi Spontan untuk merekonstruksi dan Mengidentifikasi sebuah Status Facebook pada tanggal 01 09 2022 terkait ; seperti yang tertera di latar belakang. 

Latar Belakang

Gambar 2
gambar 3
Sebenarnya peran gereja tidak terbatas hanya pada tripanggilan gereja. Gereja seharusnya  sudah harus berpikir tentang perannya dalam mempersiapkan generasi gereja yang handal dan siap dipakai secara universal. Strategi yg dibangun bukan untuk gereja terus bertambah tetapi harus bertumbuh. Itu berarti proses menanam dan menyiram memegang peranan penting sehingga gereja bisa bertumbuh yang pada akhirnya menghasilkan buah (bertambah). Merujuk pada poin ini maka pendidikan menjadi prioritas bagi anak-anak (gereja) sehingga ke depan mereka bukan saja dipakai dalam gereja tapi juga diluar gereja dalam dunia sekuler. (Pdt.O.Tuakora) 

Isi 

Konteks Berlembaga Gereja-Gereja secara universal di Indonesia secara umum dan Papua Secara Khusus, Hari ini perlu diteliti. Mengapa, karena Gereja dalam dunia moderen sering kali mementingkan kuantitas jumlah infrastruktur bangunan dan Infrastruktur Organ. Sehingga Mereka lebih meng-orientasikan keberhasilan pada perbedaan bentuk Lembaga, Nomenklatur sejarah, proses Penginjilan, siapa yang layak dan tidak. dan lupa bahwa gereja tetap gereja, Kristen tetap Kristen. data terkini jumlah anggota PGI 94-120 lembaga gereja yang terdaftar. lembaga yang tidak terdaftar termasuk katolik dan karismatik masih banyak juga. Itu artinya ada sekian banyak lembaga gereja dengan kepentingan masing-Masing. Terus kapan Kekristenan satu dalam pelayanan-Nya Tuhan Yesus, Yaitu ; Menyelamatkan Manusia. Bukankah Di Katakan KRISTEN AGAR MEMPERSATUKAN. Konteks pelayanan di Indonesia dan di Papua sebenarnya sudah melenceng jauh dari maksud. Kita seperti dicangkoki perbedaan dalam dogma dan dalam kebenaran firman juga sejarah di Gereja masing-Masing, sehingga Ada Pahlawan- Pahlawan Iman yang bisa diterima Di Gereja lain tapi tidak di Terima Di lembaga lain. Di Masing-Masing Lembaga Gereja. Dan Kesimpulanya kita tumbuh dengan  konsep pemberontakan atas sesama Gereja dan lupa bahwa kita layani Tuhan yang sama.
14 Kabupaten dan kota di papua barat hanya 1 kabupaten yg bupatinya muslim, itu baru PB, apalagi di Papua Yang Hampir mayoritas Kristen pimpinan daerahnya. ditambah lagi pejabat Gubernur Papua Barat dan Papua serta unsur-unsur Muspidanya Kristen. Terus kitakalah dalam keberpihakan dan kebijakan publik dalam menyiapkan SDM Kristen. itukan lucu. 
Memangnya tidak ada upaya untuk rekonsiliasi duduk bicara guna perkembangan Kekristenan. Alasanya Ya.. Bagaimana mau bicara masing-masing lembaga Gereja memikirkan kepentingannya ...  lah... Terus..! Pertanyaan nya sudah pernah duduk bicara atau belum?? Yang terjadi kan duduk bicara atas nama. Tidak butuh kehadiran dan pendapat hanya butuh tanda tangannya apa itu yang dimaksud dengan duduk bicara? Contoh Tahun 1999-2000  ketika dilakukan Argapura Egriman terkait Otsus Atau Merdeka apakah semua lembaga Gereja di Papua Dilibatkan, kan tidak semua, cuma atas nama. Itu artinya Gereja-Gereja di Papua Belum Bersatu, belum bisa di setukan, karna masih di huni egosentris sektoral yang tinggi. Belum telambat, Mari sadar dan Bertobat, mencegah lebih baik dari pada pergi berobat, karena Kristen menghendaki persatuan bukan perceraian. Mari Nyanyikan Lagu : "Ku tak pandang dari Gereja mana asal Kau Berdiri Atas Firman-Nya". Masalah Ini berbeda dengan pendapat sosial kemasyarakatan umat di wilayah pelayanan masing-masing. 
Penilaian Sosial Justru Lebih mengerucut membela konteks Kekristenan ini, mungkin sodara kita yang muslim baru, dalam hal ini. namun jumlahnya besar dalam konteks mengirim anak asli berpendidikan. Masalahnya nilai yang di beri oleh pandangan sekuker masyarakat penikmat media sosial adalah kongkrit nya pembuktian dalam wujud data. Namun Gereja seringkali mengerjakan sesuatu tanpa konsep Pencitraan sehingga  tidak terpublikasi. Ada banyak yang tak tau dan mengerti apa yang dilakukan Gereja bukan kah itu bagian dari Firman yang mereka pelajari, kasih tanpa upah. 
Tanpa kita sadari bahwa semua gereja yang ada di Papua Barat, Papua, Papua Tengah, Papua Selatan dan Papua Pegunungan, baik yang melembaga ataupun yang bersifat gereja lokal sampai gereja yang bermunculan dari luar. klo kita mencermati pastinya ada program dan realisasi yang bersifat seperti itu, seperti yang di kemukakan pada Gambar 2 hanya hal itu berskala kecil dari sisi jumlah yang dikirim (1 anak di biayai oleh jemaat untuk pendidikan) masalahnya mereka cepat  PUAS dengan apa yg ada. Pemerintah pun sudah melakukan hal itu "anak Papua yang 99% Kristen" disekolahkan di semua bidang ilmu, namun dilepaskan begitu saja, sehingga minim tingkat keberhasilan. Inilah yang harus diperbaiki.(Pdt.S.P.Renleuw). 

Penutup

Kesimpulan. 
Hanya Sekedar membagi tulisan sebab kebutuhan Papua Barat  dan Papua hari ini suka tidak suka mau tidak mau akan ada DOB Pembentukan (Daerah Otonomi Baru) besar-besaran. Bagaimana gereja GPI Papua dalam hal ini menyiapkan umat yg bergereja menyambut itu. Mari kita selamatkan Anak-anak yang punya negri ini. Mereka Boleh Punya Uang, tapi dong tidak akan bisa rebut tanah ini dan segala isinya krn yg punya tanah ini Tuhan Yesus. Amin.

Saran

Ijinkan Saya mengutip sebuah ungkapan seorang Pdt.(S.P.Renleuw)  "Gereja hari ini harus memposisikan diri sebagaimana gereja Yang Sebenarnya". Mempelajari konteks zaman  dulu sebagai salah satu batu loncatan. yang didengar dan dihargai oleh pemimpin² yang ada, entah karena apa. Namun Gereja pada zaman nya bisa dinilai memainkan peran politik sorgawi, Untuk Tuhan bagi umatNya.
Semoga bermanfaat 🙏🙏🙏 
Penulis Pdt. V. Th. Furima. 


Komentar