- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ketika Keliru Membaca Alkitab Secara Harafiah.
Oleh: Pdt. Victor Th Furima
Tulisan ini membahas polemik seputar penggunaan istilah "pendeta" dalam konteks gereja-gereja di Indonesia, khususnya pertentangan antara pandangan gereja-gereja Karismatik dan Presbyterian. Gereja-gereja Karismatik sering mempertanyakan legitimasi penggunaan istilah "pendeta" dengan alasan bahwa istilah tersebut tidak ditemukan secara eksplisit dalam Alkitab. Mereka menekankan bahwa Alkitab menggunakan istilah seperti "gembala," "penatua," dan "imam" untuk menggambarkan peran kepemimpinan rohani. Perdebatan ini menyoroti perbedaan penafsiran teologis dan pemahaman tentang otoritas Alkitab dalam menentukan struktur dan terminologi gereja. Tulisan ini akan menganalisis argumen dari kedua belah pihak, mempertimbangkan konteks historis dan budaya penggunaan istilah "pendeta" di Indonesia, serta mengeksplorasi implikasi teologis dan praktis dari perdebatan ini bagi pemahaman peran kepemimpinan rohani dalam gereja.
Kata "pendeta," yang lazim digunakan di Indonesia untuk merujuk pada pemimpin rohani Kristen, tidak ditemukan dalam teks asli Alkitab (Ibrani, Aram, dan Yunani). Ketiadaan ini bukan suatu kebetulan, melainkan mencerminkan perbedaan konteks budaya dan historis antara dunia Alkitab dan konteks Indonesia modern.[1] Penggunaan kata "pendeta" merupakan hasil proses penerjemahan dan adaptasi budaya yang kompleks.
Kata "pendeta" sendiri berasal dari kata Sanskerta *pandita*, yang berarti "orang bijak," "cendekiawan," atau "guru agama."[2] Istilah ini berakar dalam tradisi Hindu-Buddha di Nusantara, merujuk pada tokoh-tokoh rohani dan guru spiritual yang dihormati.[3] Penggunaan "pandita" kemudian diadopsi dan disesuaikan oleh para penerjemah Alkitab dan misionaris di Indonesia pada masa penyebaran agama Kristen.[4] Proses adaptasi ini menghasilkan perubahan pelafalan menjadi "pendeta," dengan makna yang disesuaikan dalam konteks kekristenan.
Penggunaan istilah "pendeta" di Indonesia modern seringkali merupakan penyederhanaan dari beberapa peran kepemimpinan rohani yang terdapat dalam Alkitab. Peran-peran tersebut, yang masing-masing memiliki nuansa dan tanggung jawab spesifik, seringkali digabungkan menjadi satu dalam peran "pendeta" di banyak gereja kontemporer.[5] Beberapa peran tersebut antara lain:
1. Presbyteros (πρεσβύτερος): Istilah Yunani ini berarti "penatua" atau "orang yang dituakan," yang memimpin jemaat. Dalam Perjanjian Baru, istilah ini seringkali dikaitkan dengan kepemimpinan jemaat.[6] Contohnya dapat dilihat dalam 1 Petrus 5:1, yang dalam terjemahan bahasa Indonesia menggunakan istilah "penatua," bukan "pendeta."
2. Poimēn (ποιμήν): Berasal dari bahasa Yunani, kata ini berarti "gembala." Dalam konteks Alkitab, istilah ini sering digunakan secara metaforis untuk menggambarkan pemimpin rohani yang menggembalakan dan mengasuh jemaatnya.[7] Efesus 4:11 misalnya, menggunakan istilah "gembala" untuk menggambarkan salah satu karunia rohani dalam gereja.
3. Hiereus (ἱερεύς): Istilah Yunani ini berarti "imam," yang umumnya merujuk pada pelayanan khusus di Bait Allah dalam konteks Perjanjian Lama.[8] Istilah ini tetap dipertahankan dalam terjemahan bahasa Indonesia untuk konteks tersebut.
4. Didaskalos (διδάσκαλος): Kata Yunani ini berarti "guru" atau "pengajar," yang berperan dalam pengajaran firman Tuhan.[9] Peran ini penting dalam konteks gereja mula-mula dan tetap relevan hingga kini.
Perbedaan antara konteks gereja di zaman Alkitab dan gereja modern di Indonesia juga perlu diperhatikan. Di zaman Alkitab, peran-peran kepemimpinan rohani seringkali dipisahkan secara jelas. Namun, dalam konteks gereja modern, terutama di Indonesia, seringkali satu orang menjalankan semua peran tersebut sekaligus, dan secara umum disebut sebagai "pendeta."[10] Oleh karena itu, kata "pendeta" dapat dianggap sebagai sebuah istilah yang merangkum berbagai peran kepemimpinan rohani dalam konteks lokal.
Catatan Kaki
1. Sanneh, Lamin. *Translating the Message: The Missionary Impact on Culture*. Orbis Books, 2009.
2. Monier-Williams, Monier. *A Sanskrit-English Dictionary*. Oxford University Press, 1899.
3. Zoetmulder, P.J. *Kalangwan: A Survey of Old Javanese Literature*. Martinus Nijhoff, 1974.
4. Steinhauer, Hein. "Religious Terminology in Indonesian Translations of the Bible." *Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde*, Vol. 151, No. 1, 1995.
5. Steenbrink, Karel. *Dutch Colonialism and Indonesian Islam: Contacts and Conflicts 1596–1950*. Rodopi, 1993.
6. Alkitab, 1 Petrus 5:1 (lihat juga *Greek-English Lexicon of the New Testament* oleh Bauer, Arndt, Gingrich, dan Danker).
7. Alkitab, Efesus 4:11.
8. Alkitab, Ibrani 5:1; lihat juga: Brown, Colin, ed. *New International Dictionary of New Testament Theology*, Vol. 2. Zondervan, 1986.
9. Alkitab, Yakobus 3:1; 1 Korintus 12:28.
10. Kӓmmerer, Friedrich. "The Role of the Pastor in Contemporary Indonesian Churches." *Asia Journal of Theology*, Vol. 14, No. 2, 2000.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar