Perjuangan Anjing Putih
Dahulu kala, di sebuah perkampungan terpencil di lereng Gunung Cenderawasih, hiduplah masyarakat yang rukun dan damai. Kehidupan mereka bergantung pada hasil hutan dan sungai. Di tengah-tengah mereka, hiduplah seekor anjing putih bernama Enggar, yang sangat setia dan disayangi penduduk. Sabab selalu menemani anak-anak bermain dan menjaga keamanan perkampungan. Kehidupan yang aman dan tentram ini berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun, kedamaian itu hancur ketika suku lain datang menyerang. Mereka memperebutkan hak berburu dan sumber air di wilayah tersebut. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan. Dalam kekacauan itu, kepala suku, seorang yang sangat menyayangi Enggar, terbunuh. Roh kepala suku, yang memiliki ikatan kuat dengan Enggar, masuk ke dalam tubuh anjing putih itu. Enggar, yang kini dihuni roh kepala suku, dilanda kesedihan dan amarah yang tak terkira. Ia melihat bayi yang masih kecil, anak kepala suku, terlantar dan sendirian.
Dengan tekad membara untuk membalas dendam dan melindungi anak kepala suku, Enggar memulai perjuangannya. Selama dua puluh tahun, ia merawat dan membesarkan bayi tersebut di tengah hutan yang lebat. Enggar mengajarkan anak itu bertahan hidup, berburu, dan mengenal dunia luar. Ia menjadi pelindung dan teman sekaligus guru bagi anak manusia yang ia rawat. Enggar menyembunyikan identitasnya sebagai anjing, dan dengan kecerdasannya, ia mampu melindungi anak itu dari bahaya.
Dua puluh tahun kemudian, anak kepala suku telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani. Ia tahu bahwa Engar bukanlah anjing biasa. Ia merasakan kekuatan dan kebijaksanaan yang luar biasa dalam diri sahabatnya itu. Bersama-sama, mereka merencanakan pembalasan dendam yang terukur dan bijaksana, bukan dengan kekerasan, tetapi dengan strategi dan kearifan. Mereka menggunakan keahlian yang telah mereka pelajari selama dua puluh tahun untuk mengembalikan kedamaian dan keadilan di tanah leluhur mereka.
Perjuangan Enggar anjing putih yang dihuni roh kepala suku, akhirnya membuahkan hasil. Bukan hanya balas dendam yang ia raih, tetapi juga kebangkitan kembali perkampungan yang damai dan sejahtera. Kisah Enggar menjadi legenda yang diwariskan turun-temurun, mengingatkan generasi berikutnya tentang pentingnya persatuan, kesetiaan, dan keadilan. Kisah ini juga menjadi bukti bahwa kebaikan dan keberanian dapat muncul dari siapa saja, bahkan dari seekor anjing putih yang setia.
Di tulis oleh Pdt. V. Th. Furima, M, Si Diangkat dari cerita rakyat suku Irarutu (Klan/Marga Furima, kabupaten kaimana.
Komentar
Posting Komentar