A.
Sejarah Gereja GPI PAPUA Betsean Po-epe Klasis Okaba
Ketika
melihat nama gereja ini kita akan sedikit mengenang sebuah situs/ kota kuno
yang di temukan oleh pakar arkeologi
pada abad 19 lalu yang mana menganalisis ada pengaruh mesir kuno, kota yang
terletak di timur tengah ini juga menjadi sebuah kota yang menjadi Tujuan
bangsa Israel pada saat keluar dari mesir, kota betseean terletak pada daratan
kanaan, yang manaketika pembagian di berikan kepada suku menasye untuk di
taklukan dan menjadi milik, namun suku menasye tidak menghalau penduduk betsean
dan seluruh anak kotanya, namun mereka dijadikan pekerja rodi untuk suku
menasye.Berbicara
tentang perkembangan sejarah berdirinya jemaat Betseaan Poepe tidak terlepas
dari peran serta badan-badan zending.dan juga beberapa guru injil itulah bentuk
pendapat dari beberapa respoden yakni tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh
adat di kampung PO-epe yang memberi
masukan terkait sejarah Gereja di jemaat ini. Seperti : (Bapak YanceNdiwaen, Bapak Natanyel Malinden, bapak Obaja blamen/kepala
kampung, Bapak Toni Ndiwaen, Bapak Elisa Maswaen, Bapak Yunus Maswaen, bapak
guru Sitau).
1.
Sekilas tentang Penemuan Tanah Papua
Alvaro de Saavedra merupakan orang Spanyol yang pertama yang menginjakan
kakinya di tanah Papua (thn 1528). Kemudian pada tanggal 20 Juni 1545 Ynigo Ortiz de Retes, menacapkan
bendera Spanyol disebelah timur delta sungai Mamberamo pertanda bahwa daerah ini
menjadi milik Raja Spanyol. Memasuki abad ke- 17 berdatangan orang Belanda.
Orang Blanda pertama kali menyusuri pantai barat dan selatan Papua untuk
mencari emas adalah Willem Janz. Selanjutnya Jan Cartenz (1623), Abel Jansz
Tasman bersama Francoys Jacobsz Visscher (1642 dan 1644). Pada tahun 1678 J.
Keyts melayari bagian barat Tanah Papua sampai ke daerah Namatota juga dia
menancapkan bendera Belanda di daerah kokas. Selain itu ada juga orang Inggris
James Cook, Thomas Forrest, John Mac Cluer yang sampai ke tanah Papua.
Pada tahun 1894 Belanda Mendirikan pos perdagangan di Manokwari.kemudian
pada 16 Mei 1895 lewat perjanjian Den Haag menetapkan pembagian Tanah Papua.
Bagian timur dikuasai Inggris, bagian utara dikuasai Jerman, sedangkan bagian
Barat dikuasai Belanda. Pada 8 Oktober 1898 pemerintah Belanda membangun pos
pemerintahan diManokwari, kemudian pada tanggal 1 Desember 1898 dibangun pula
di Fakfak. Setelah itu pada tanggal 12
Februari 1902 Belanda membuka pos pemerintahan di Merauke.
Badan- badan
Zending yang menginjil di selatan Papua
merauke
dan sekitarnya
ü Nederland
Zending Genoskap (NZG)
ü Gereja
Protestan Maluku (GPM),
Pada awal tahun 1970-an, Klasis GPM merauke malakukan
penginjilan ke daerah Asmat.
ü Zending
Protestan Maluku (ZPM)
Dibentuk
tahun 1936 di Ambon oleh anggota GPM. Menginjili di daerah selatan Papua, merauke dan Mimika.
2.
Pekabaran injil di Daerah Selatan (Merauke).
Pada tanggal 30 Maret 1908, Pdt. R.W.F. Kefftembelt
datang dari Banda melayani baptisan kudus pertama (Protestan) untuk 24 orang.
Kemudian pada tanggal 2 Juni 1909, baptisan kedua dilayani oleh Pdt.
E.J.B.Jansen, yang dibaptis berjumlah 24 orang. Setelah itu pada tanggal 16
Juli 1911 Jacob Lodewijk Nanlohy melayani peneguhan sidi yang pertama sebanyak
15 orang. Batisan pertama di Okaba
dilayani oleh Guru Jemaat D. Pelupessy tanggal 26 Nopember 1916, dan di Muting
baptisan pertama kali dilayani oleh Guru Jemaat J. NikiJuluw, tanggal 12
Oktober 1924. Majelis Pertama di daerah Merauke (tahun 1919) adalah J. Lahalo
dan J.L. Tuhepary(sebagai Penatua), B. Silahooy dan O. Titaley (Diaken).
Untuk
lebih jauh mengenal kampung serta jemaat betseaan Po-epeOleh sebab itu dalam
penulisan sejarah Gereja Protestant Di Papua Jemaat Betsean po Epe menurut beberapa narasumber yakni (Bapak
Dance Ndiwaen, Bapak Natanyel Malinden, bapak Obaja blamen/kepala kampung,
Bapak Toni Ndiwaen, Bapak Elisa Maswaen, Bapak Yunus Maswaen,). terbagi dalam 3
dekade. yakni :1. Dekade kehidupan Masa mengayau kira-kira
dari tahun 1320 – 1800. 2. Dekade kehidupan Masa Penginjilan dan pemerintahan
belanda, serta GPI Papua dan Gereja Kemah Injil Indonesia masuk ke kampung
Po-epe. 3. Dekade yang ke tiga ialah masa dimana GPI Papua Melayani di Kampung
Po-Epe sampai sekarang.
B.
Injil Masuk Di Kampung
Po-Epe +_ Tahun 1916 -1917
Dekade kehidupan Masa Penginjilan
dan pemerintahan belanda, serta GPI Papua dan Gereja Kemah Injil Indonesia
masuk ke kampung Po-epe.
Setelah
masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi semakin merajalela kehidupan manusia
secara keseluruhan Papua menjadi daerah tujuan perdagangan dari bangsa-bangsa
penjajah dunia, setelah sebelumnya spanyol maka Negara belanda pun sekitar
tahun 1816 tertarik untuk berada dan turut mengambil bagian untuk menggarap
tanah papua entah melihat pertimbangan tujuan mereka yakni 3 G (Gold, Glory,
and Gospel) setelah itu pada tahun 1902, mereka menanamkan bendera pemerintahan
di daratan selatan papua (merauke). Maka sekitar tahun - tahun itu kampung
po-pe kemudian berpindah dari kehidupan nenek moyang ke kehidupan generasi baru
dan kampung inipun mengalami perpindahan pertama kali. Setelah itu berdasarkan
buku SGP untuk GPI Papua karya (Pdt. DR. J.M Felubun Mth) menjabarkan proses
penginjilan di daratan okaba terjadi berkat keteguhan dari seorang guru jemaat
yaitu D. Pelupessy
Batisan pertama di Okaba dilayani oleh Guru Jemaat D. Pelupessy tanggal 26
Nopember 1916. Dan sekitar tahun ia melakukan proses
penginjilan di beberapa daerah pesisir pantai okaba dan setelah selesai
kemudian tahun berikutnya yakni tahun 1917 ia menginjili di kampung-kampung
sekitar kali buraka dan entah dari kampung mana kemudia ia tiba di kampung
Po-Epe lalumeginjili disana, 3 bulan berikutnya ia kemudian ke kampung Mahui,
setelah itu 3 bulan berikutnya lagi ia ke kampung salamepe tugasnya sangat merangkap
ia melayani Sekolah, Rumahsakit Dan juga Proses PI namun pada tahun 1918
terjadi wabah kolera didaratan papua selatan yang berpusat pada daerah Merauke
maka pada awal tahun 1918 ia kembali pulang ke ambon Maluku. Setelah wabah ini
berakhir 1922.Pada tahun 1925 pedagang-pedagang cina yang memperkerjakan orang
orang timur, baik timur NTT dan juga Timur Maluku tenggara yang
sekaarang berganti menjadi Maluku Barat Daya (Tepa).
masuk dengan tujuan perdagangan ikan asin dan juga mencari burung kuning/burung
cenderawasi, sudah ada rasa aman barulah 1926 badan zending NZG kembali
mengirim tenaga-tenaga local seperti guru Jemaat Marantika yang tugasnya sama
dengan Guru jemaat D Pelupessy yakni mengurus kesehatan, pendidikan, dan PI,
yang mana sempat berada di kampung Po-epe juga, cukup membrikan kontribusi
sebab beberapa metode pengajaran ia terkait lagu-lagu masih di ingat dan dikenang
secara turun temurun seperti nona melayu, malu rasa bagaimana ( menurut bapak
Dkn Elisa Maswaen).
Setelah
misionari D. Pellupesi dan Marantika meninggalkan dataran okaba sekitar awal tahun
1918-1923 kemudian, masuknya
pedagang-pedagang cina dan karyawan mereka orang-orang timur sekitar tahun
1925-1930. Disini kita akan sedikit melihat ibu dari lembaga GPI Papua yakni
GPM.
Gereja
Protestant Maluku berdiri (melembaga) sekitar tahun 1935 atas dasar kewenagan
dan bantuan dari negeri belanda (NZG)maka pada tahun berikutnya yakni 1936 GPM
mendirikan Badan Zanding Lokal milik gereja yaitu ZPM dalam membantu
melaksanakan proses PI di tanah Papua. Sebuah peristiwa yang senantiasa
membekas di memori para pahlawan kita yakni pecahnya perang dunia ke II yang
mana dipicu oleh keinginan-keinginan Negara-negara adikuasa salah satunya
Jepang. Sekitar tahun 1942 berdasarkan expansi daerah kekuasaan Jepang berhasil
menguasai
Indonesia, dan juga Irian Barat pada saat itu markas mereka berpusat di daerah
Jasira onim yang sekarang disebut kabupaten fak-fak. Ini merupakan salah satu
alasan mengapa ditariknya bantuan-bantuan yang membantu jalannya Pekabaran
Injil di tanah Papua oleh pihak belanda namun masi bersifat sementara.setelah
Amerika menghancurkan hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945 dan dengan
memanfaatkan situasi itu maka Indonesia memproklamasikan kemerdekaan mereka
ditahun yang sama. Pada rens waktu antara tahun 1945 -1949 pekabaran injil
masih berjalan dengan sisa-sisa bantuan. Namun pada tahun berikutnya yakni 1950
seluruh bantuan diptuskan dan sifatnya permanent, disebabkan pemberontakan
Repoblik Maluku Selatan (RMS) ini merupakan alasan yang ke dua. Oleh sebab itu
maka GPM Mengambil alih penuh Proses Penginjilan di tanah Papua dengan zending
lokalnya (ZPM).
Lewat
ZPM pada tahun 1951 mereka mereka mengirim misionari-misionari (guru-guru
injil) yaitu bapak Pesolima dan bapak dominggus Kakisina.Sepak terjang mereka
berdua cukup memberikan dampak, salahsatunya mereka berhasil memperatukan
masyarakat kampung Yabug dengan masyarakat kampung Po-epe.dan mendirikan
sekolah dan Gereja Pada Tahun 1952. Pada tahun 1955 nama kampung Pu-epe berubah
menjadi Po-epe dan terletak dipinggiran kali Imohi.Dan kampung ini masih
dipimpin oleh ketua RW yaitu Samuel Balagaise.Interval waktu antara tahun 1955
sampai tahun 1964. Kita akan kembali
meninjau realitas kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 namun setelah
berselang 3 tahun kemudian tepatnya 1948 belanda kembali menduduki Indonesia
terkhususnya Irian
Barat sampai nanti pada tahun1963 terjadi PEPERA dalam rangka penentuan
Pendapat Rakyat, barulah ada pergerakan dari keputusan Presiden Soekarno pada saat
itu untuk melakukan penyerangan dalam rangka merebut Irian Barat, pergerakan itu dinamakan ”
TRIKORA” tahun 1964.
Pada tahun 1956-1958 Guru injil
Manuputi dan Guru injil Saranamual
menginjili di kampung ini. pada tahun 1958-1962 Guru injil Titarsole masuk menggantikan guru
injil Saranamual,
pada tahun 1963-1965 guru injil Lamarubun, berikutnya tahun 1966-
1971 guru injil Patsoa
dan Guru injil Hindom masuk untuk menata pendidikan dan juga pelayanan di
Gereja sekaligus mengakhiri peranan guru-guru injil di kampung ini oleh sebab
itu mereka mengangkat pengurus gereja yang bertugas sebagai tuagama dan diaken
yakni Bapak Samuel Maswaen dan Bapak Wenan Blamen. Barulah pada tahun 1972 ada
beberapa guru-guru biasa yang memiliki perhatian Khusus terhadap pelayanan
Gereja yakni pak guru Daniel Talahatu.
Dan pada tahun 1974 ada penambahan tenaga Guru biasa yakni Pak guru, Agustinus
Papalangi yang senantiasa setia sampai pada tahun 1995.
Sekilas Mengenal Proses Pekabaran
Injil Gereja KIMI
Pada
saat bersamaan gerakan pekabaran injil GEREJA KIMI yang sudah masuk sekitar
tahun 1929
Oleh
penginjil Jaffray
di daratan batavia (Jakarta) namun tidak menginjil. Pada tanggal
1 juli 1929. utusan Injil di mutasikan dari Surabaya :
1. Pdt.
Clench ditugaskan Kalimantan Timur, Balik Papan.
2. Kel. Pdt.
Bril ditugaskan di lombok
3. Kel. Pdt.
Fisk ditugaskan di Kaltim dan
4. Pdt. R.A.
Jaffray kembali ke tiongkok untuk jemput rombongan ke dua.
Pada bulan September 1930.
Jaffray pindah ke Makasar. Karena kantor pusat C&MA di bangun di Jakarta.
Dari tempat itulah R.A Jaffray mengembangkan pelayanan, lalu 45 tahun kemudian
barulah C&MA dan Gereja Kemah Injil ikut mengambil bagian dalam pemberitaan
Injil di Pulau Jawa, yang kemudian terus meluas dari Sumatera sampai ke Pulau
Irian Jaya (Papua). Pada tahun 1932 Pendidikan Sekolah Alkitab Makasar (SAM)
dibuka. Pada Siswa-siswa SAM bersama para C&MA mengabarkan Injil secara
kelompok, tahun 1932 sehingga pembukaan pelayanan di Kalimantan, Sulawesi,
lombok, dan Sumbawa Tahun 1932-1933, lalu penginjilan di NTT, tahun 1955 lalu
penginjilan di Sulawesi, dan Irian Jaya
(Papua) pada tahun
1964 di daratan enarotali kabupaten nabire Papua. Samapai mereka masuk
didaratan selatan Papua dan menabiskan beberapa Zendeling Tukang (penginjil
Lokal) sekitar tahun 1976, lewat proses itu maka pada tahun 1979 KIMI berhasil
menduduki daratan Okaba dan juga masuk sampai kepelosok-pelosok kampung salah
satunya kampung Po-Epe.
C.
Dekade yang ke tiga ialah masa
dimana GPI Papua Melayani di Kampung Po-Epe sampai sekarang.
Setelah melalui situasi menegangkan yang panjang
tepatnya pada tanggal 25 mei
1985 GPI Papua melembaga di tanah ini dengan nama GPI IRJA. Ketika ada
perubahan nama pada Provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua, maka sejak
tanggal 30 Juli 2002, nama GPI IRJA di ubah menjadi GPI Papua. Sistem
pemerintahan gereja yang dianut ialah sistem Presbiterial Sinodal dengan aras
pelayanan terdiri dari lingkup Sinodal, Klasis, dan Jemaat, yang diwarisi dari
Gereja Protestan Maluku (GPM) dan lewat proses pengorbanan luarbiasa oleh ZPM
Zendeling Protestan Maluku. Kantor pusat Sinode GPI Papua tepatnya berada di
Ibu Kota Kabupaten Fakfak.
Oleh sebab itu
dalam berlembaga mungkin kita baru namun untuk berkarya kita lebih dulu melalui
peranan ibu kita GPM.
Setelah melembaga GPI Papua sudah menyiapkan
Tenaga-tenaga pelayan lewat yayasan pendidikan milik GPI Papua yakni STT GPI
Papua yang sudah berdiri pada Tahun 1973.Tetapi juga Lembaga GPI papua tidak
Pernah menutup kemungkinan untuk para Pelayan Tuhan dari dataran ataupun
latarblakang dari luar papua untuk melayani di tanah ini. alhasil pada tahun 1989
salah satu Pdt GPI Papua yang ditempatkan di Kampung Po-epe yakni Bapak
Pdt.Andreas Kause masuk dan melayani di kampung ini, pendeta Tersebut
mengangkat serta menabiskan beberapa
Majelis Jemaat yang bisa membantunya menjalankan Pelayanan seperti Bapak
Yohanis, Bapak Danci
Dan Bapak Natanyel, dan Tuagama Bapak Pelipus. Pdt. Andreas Kause melaksanakan
Tugasnya dari tahun 1988-1995. Pada tahun 1996 pdt. Andreas Kause digantikan
dengan Pdt. Hukubun yang mana mempertahankan majelis-majelis tersebut dalam
masa kepemimpinannya sebagai Ketua
Majelis Jemaat di kampung Po-epe.
Pada tahun 2000 Pdt. Hukubun pindah dari kampung
Po-epe dan terjadi kekosongan pelayan, pada saat itu daerah okaba masih termasuk resort dari klasis
Merauke, maka pada tahun 2001 ada beberapa pendeta yang kemudian terus
menjalankan pelayanan di kampung Po-epe
namun tidak menetap di kampung ataupun sebagai ketua majelis jemaat, seperti
Pdt. S.Wajeri, Pdt. N, Renleuw (almarhum), dan lain sebagainya. Namun mereka
tetap setia menjalankan peranan mereka, terjadi kekosongan yang cukup lama sampai
pada tahun 2008. Pada tahun 2008 barulah di tempatkan seorang vicaris perempuan Pertama yang di
tugaskan di kampung ini yakni Vicaris Yeyen Uly asal timor di tugaskan disini
namun ia tidak lama, pada tahun 2009 kembali lagi vicaris yang kedua yang di
tugaskan dikampung ini yakni Vicaris Edy Tumalewang yang menjalankan Masa
Vicaris tahun pertamanya dikampung ini
Pada tahun
itu kemudian ia mempersiapkan beberapa majelis jemaat seperti Bapak obaja Blamen, bapak Toni
Ndiwaen, Bapak Yeheskiel Ndiwaen, Pak Guru Sitau, Bapak Elisa Maswaen, Bapak
Yunus Maswaen, bapak Niko Malinden, bapak Kayus Ndiken, bapak Paulus Toding,
dan Tuagama bapak Yoel Blamen. Dan kemudian ia meminta salah satu pengurus
pengurus Resort Yakni Pdt. Lukas
Betaubun Untuk menabiskan serta melantik majelis-majelis tersebut, pada tahun
ini pula sebuah pergumulan besar untuk Resort Okaba
terjawab tepatnya bulan juni tanggal 29 tahun 2009 Resort
ini melalui Sidang
Klasis di Merauke diputuskan untuk melembaga
sendiri menjadi satu klasis lagi Di GPI Papua.
Setelah masa vicaris selesai. Vicaris Edy Tumalewang
pada tahun 2010 di tabiskan menjadi seorang pendeta dan tahun berikutnya ia di
tugaskan kembali di jemaat Betseaan Po Epe tepatnya tahun 2011. Ia mengangkat
beberapa diaken perempuan yang berstatus antar waktu yakni Dkn. Alvonsina, Dkn.
Mariana Maswaen, dan Dkn elsina
Enomen. Pada tahun
2012 pada bulan Maret ia beralasan untuk menikah dan ingin mengambil cuti, oleh
sebab itu klasis GPI Papua Okaba yang pada saat itu ketua Pdt Isak Iwong mengijinkannya pergi, namun ia
tidak lagi kembali bertugas di jemaat Betseaan Poepe. Pada tahun 2013 sinode
kembali menugaskan pdt Isak Noya dengan SK calon Pegawai Organiknya Di jemaat
Betseaan Poepe namun Ia hanya menjalankan Tugas 1 Minggu dengan alasan umat
mencuri Henponnya, selanjutnya alasan untuk meninggalkan kampung Po-epe katanya orang Tuanya meninggal
dunia maka iapun melarikan diri dari tugas dengan steakmen “Tempat Ini Tidak Layak Untuk Saya”.
Nantilah pada tahun 2014 bulan September Pdt. Lusia
Yapno S.Th
yang pada saat itu bertugas di Jemaat
Siloam Alatep
di SK kan oleh Sinode untuk pindah tugas ke Jemaat Betseaan Po-epe, namun
barulah bulan November Pdt. Lusia Yapno dan keluarga datang ke Jemaat dan Puji
Tuhan sampai hari ini tahun 2017 pendeta Lusia Ludia Yapno, S.Th masih setia menemani Umat di Jemaat Betseaan Po-Epe.
Masih dalam kepemimpinan Pdt. Lusia Yapno. Pada
bulan September 2016 pada tanggal 01 juli 2016 ada penerimaan vikaris di
lembaga GPI Papua salah satunya Vicaris Victor Furima S.Th. yang mana mendapatkan Surat
Keputusan Badan Pekerja Sinode yang jatuh tempo berlakunya pada tanggal 18 september 2016 harus
menjalankan atupun sudah mengangkat tugas di jemaat Betsean Po-epe namun,
berdasarkan pertimbangan badan pekerja klasis okaba yang mana meninjau
kekosongan pelayan di jemaat siloam Alatep, maka pada tanggal 25 september
vicaris Victor Furima mengangkat tugas di jemaat Siloam Alatep.Setelah
itu pada tanggal 15
januari 2017 surat keputusan badan pekerja klasis okaba menindak lanjuti surat
keputusan Badan Pekerja Sinodeuntuk memutasikan vicaris Victor Furima Kembali ke
jemaat Betseaan Po-epe, namun dikarenakan, situasi musyawarah klasis (RAKERSIS) Di jemaat
solafide kwemsid maka barulah tanggal 26
februari 2017 vicaris Victor Furima Mengangkat Tugas di Jemaat Betseaan Po-epe.Dan
menjadi Vicaris ke 3 disana.
IGEB
(Selayang pandang berdirinya umat, atau
cikal bakal berdirinya Pos pelayanan Sambaha IGEB)
Latar
blakang berdirinya ataupun terbentuk Pos Pelayanan Sambaha igeb pada awalnya
tahun 1992 jemaat Betsean Po-Epe masih
satu jemaat saja. Tetapi setelah tahun 1992 dilakukan pemilihan kepala Kampung
ke 3 yaitu bapak Oktovianus Ndiken terpilih menjadi kepala Kampung Priode
1992-2007 pada kepemimpinannya juga bisa dikatakan sebagai pencetus cikal bakal
pembentukan Pos pelayanan Sambaha Igeb.
Pada
masa kepemimpinan bapak Oktovianus Ndiken, ada sebuah peristiwa yang kemudian
memicu sebuah instruksi dari kepala Kampung, bahwa semua marga Ndiken harus
pindah ke kampung yhabug tanah asal mereka. Peristiwa yang di maksud berawal
dari sekitar tahun 1999 sudah ada beberapa orang marga Ndiken yang sudah
membuka lahan perkebunan, memang bukan lahan perkebunan besar, namun sudah ada
tanaman-tanaman jangka panjang yang di tanam mereka. Tepatnya pada tahun 2003
masih dalam kepemimpinan bapak Oktovianus Ndiken semua marga Ndiken boleh
berpindah ke Yhabug.
Penjelasan
mengenai Kampung Yhabug sendiri merupakan posisi dusun di tengah-tengah antara Kampung
Po-Epe dan dusun Igep. Nama Kampung atau dusun yhabug memiliki pengertian yang sangat berarti bagi
marga Ndiken. sebab bagi mereka dari seluruh marga Ndiken yang ada di kota Merauke
dan sekitarnya semua berasal dari dusun ini. Dalam kaitan yhabug sendiri
menjadi tempat keramat yang menjelaskan asal usul marga Ndiken.
Nama Ndiken sendiri menjelaskan tentang
seekor burung yang bernama Ndik,
sosok burung yang hapir mirip dengan burung kasuari dan bangau tetapi lebih
besar dari burung bangau, kakinya Merah
dan bulu-bulunya berbintik-bintik seperti ada bunga-bunga ada warna merah
bintik-bintik hitam, tetapi juga ada warna putih bintik-bintik hitam, burung
ini sangatlah berperan dalam sejarah marga Ndiken dan disebut sebagai moyang
dari marga ini (memang ketika membicarakan cerita-cerita mengenai asal usul
manusia di bumi papua ini tidak terlepas dari kepercayaan yang berkaitan dengan
tothemisme). Ketika
di telusuri maka kita akan mendengar bahwa konteks cerita tentang
manusia-manusia siluman( KKBI.
sosok makluk yang sering
menampakan diri bisa sebagai manusia, tetapi juga bisa sebagai binatang, manusia
yang bisa berwujud binatang, manusia yang struktur tubuhnya mengandung unsure
binatang)
.
yang pernah hidup di bumi. Mendominasi keberlangsungan sebuah marga entah masih
mitos atau merupakan fakta semua itu menjadi rahasia mati dalam histori
maraga-marga di tanah Papua. Sehingga Diceritakan
bahwasanya turunan dari siluman burung Ndik yang mana kawin dengan siluman
kepiting membuahi seorang anak manusia yang katanya pada umur tujuh tahun
kemudian pada punggungnya keluar sayab. anak hasil perkawinan antara burung
Ndik Dan kepiting ini berhasil di ambil/ diselamatkan dan hidup selayaknya
manusia normal oleh tiga orang perempuan yang bermarga Gebse.namun setelah itu
pada umurnya yang ke 7 dibawah lagi
keluar serta dibesarkan oleh ayahnya yang adalah Burung Ndik di dusun
yhabug. Anak itu dibesarkan disana serta kawin dan beranak cucu sampai menjadi
manusia seutuhnya yang mengenal peradaban di dusun yhabug. Oleh sebab itu dusun
ini sangat bermakna bagi manusia-manusia Ndiken.
Terlepas
dari sedikit ulasan asal usul diatas setelah tahun 2003 semua marga Ndiken
pindah kedusun yhabug maka beberapa tahun berikut untuk mempermudah pembangunan
daerah.pemerintah membangun jalan sebagai alternative transportasi selain lewat
sungai buraka. Jalan yang dibangun yang mana menjadi alternative penghubung
transportasi terkait dengan pembangunan daerah maka dimekarkan beberapa distrik
dan membagi kampung-kampung yang dulunya satu distrik yaitu distrik okaba
menjadi beberapa distrik.Salah satunya distrik Ngguti.Situasi inilah yang
menjadi dasar pindahnya beberapa orang dari kampung Po-Epe dan juga dusun
yhabug menuju dusun Igeb dengan satu tujuan yakni menjemput pembangunan sebab
dusun igeb karena sangat dekat dengan jalan utama.Oleh sebab itu tepatnya tahun
2006. Bapak Oktovianus Ndiken dan beberapa orang yang marga Ndiken tetapi juga
beberapa guru SD yang bertugas di SD YPK Po-Epe salah satunya Pak Guru Fredik
Sitau pindah ke dusun Igeb, maka sekolah pun di pindahkan dari kampung Po-Epe
Ke dusun Igeb, perpindahan itu membuahkan hasil tepatnya pada tahun 2007
jawaban dari dinas pendidikan kabupaten merauke untuk membangun gedung sekolah
yang layak di dusun Igeb maka pada tahun 2008 setelah berdirinya gedung sekolah
maka perlahan-lahan mulai ada penghuni yang datang dari kampung Po-Epe dan juga
dusun Igeb untuk mendirikan rumah di dusun Igeb.
Setelah
pindah pada akhir tahun 2006 dan awal tahun 2007 ibadah minggu yang di lakukan
oleh umat di dusun igeb masi dilaksanakan di kampun Po-Epe, namun posisi jarak
yang sangat membutuhkan perhatian disebabkan jangkauan igeb-Po-epe kira-kira 7
Km, maka ada sebuah kesepakatan bersama oleh masyarakat yang ada di dusun igeb
untuk beribadah saja di dusun igeb.Namun masih bergabung dengan umat dari
Gereja KIMI dan ibadahnya masih bersifat oi kumene. Dan kolektanyapun masih di
bagi dua, proses ibadahnya masih bergantian, minggu pertama dipimpin majelis
dari gereja KIMI dan minggu berikut di pimpin oleh majelis dari GPI karena
proses ibadah di lakukan di gedung sekolah SD YPK Po-Epe. Natilah pada tahun
2015 barulah proses ibadah bisa pisah sebab gedung Pos pelayanan Sambaha Igeb
dibangun dan diresmikan pada tahun itu juga.
Data Sejarah Kampung Po-Epe dalam RPJM Pada tahun 1979
dilakukan musyawarah dalam rangka memilih kepala kampung maka bapak Benyamin Ndiken terpilih sebagai
kepala kampung pertama 1979-1986. kemudian pada tahun 1987-1991 terpilihlah
kepala kampung yang ke 2 yakni bapak Albert
Ndiken.1992-2006 terpilihlah bapak Oktovianus
Ndiken sebagaikepala kampung ke 3. Pada tahun 2007 terjadi musyawarah
yang ke 4 bapak Alex Toni Ndiwaen
yang terpilih untuk Priode 2007-2010, kemudian pada tahun 2010 bapak Toni
diangkat sebagai pegawai negri sipil maka kelanjutan tugas kepala kampung
diberikan kepada bapak Albertus
Kapasiang sebagai pelaksana kepala kampung pada tahun 2010-2013. Dan pada
pertengahan tahun 2013 terjadi musyawarah yang ke 5 dan yang terpilih sebagai
kepa kampung Po-epe ialah bapak Obaja Blamen. Memimpin sampai sekarang.
Cerita sejarah yang bagus dan sangat menarik untuk di baca. Saya juga salah satu cucu dari Guru injil yang bertugas di Kampung Iwol(awal tahun 50an sampe awal tahun 60an). Sangat luar biasa memang perjuangan saat itu yang serba kekurangan dan tantangan tetap hingga hari ini kita semua menikmati itu semua. 🙏
BalasHapus